Saturday, 4 June 2011

Siboru Nantinjo - Kakak dari Nyi Roro Kidul

Sumber : http://
parapat.org/
index.php?
option=com_content&view=article&id=40%3Alegenda-
namboru-nantinjo-a-
namboru-kanjeng-
ratu-nyi-roro-kidul-
biding-
laut&catid=27%3Aturi-
turian&Itemid=13
AWAL TERJADINYA
PULAU MALAU
Nantinjo adalah putri
bungsu dari Guru
Tatea Bulan/Sibaso
Bolon dari sepuluh
bersaudara, anak yang
pertama adalah Raja
Uti, ke dua Saribu
Raja, ke tiga Limbong
Mulana, ke empat
Sagala Raja, ke lima
Lau Raja sedangkan
perempuan yang
pertama adalah Biding
Laut, ke dua Boru
Pareme, ke tiga Anting
Haumasan, ke empat
Sinta Haumasan dan
ke lima Nantinjo. Kita
dapat berbicara
langsung dengan
Nantinjo melalui Nai
Hotni Boru Sagala
yang tinggal di Cianjur
Jawa Barat yang
menjadi tempat
masuknya Roh
Nantinjo
(Hasorangan). Tujuan
Nantinjo kembali
kedunia adalah untuk
mengobati,
membantu orang yang
meminta pertolongan
terlebih keturunan
dari Bapak dan Ibunya
serta meluruskan
sejarah asal mula
keturunan dari
keluarganya dan
mempersatukan
kembali keturunan
Bapaknya Guru Tatea
Bulan/Sibaso Bolon.
Semasa hidupnya,
Nantinjo mengalami
penderitaan yang
cukup berat, sebab
ketika lahir kedunia ini
saja dia tidak
sempuma, dikatakan
wanita bukan, pria
juga bukan.Pada saat
umurnya sepuluh
tahun kedua orang
tua Nantinjo telah di
panggil Yang Kuasa.
Semenjak ditinggal
kedua orang tuanya
semakin beratlah
penderitaan yang
dialaminya. Nantinjo
tinggal bersama
abangnya Limbong
Mulana, karena yang
tinggal dikampung
pada saat itu hanyalah
ketiga abangnya
Limbong Mulana,
Sagala Raja serta Lau
Raja, sedangkan
abangnya Raja
Gumeleng-Geleng
telah pergi dibawa
oleh Yang Kuasa
kepuncak Gunung
Pusuk Buhit. Abangnya
yang nomor dua
Saribu Raja telah pergi
juga merantau entah
kemana rimbanya,
dikarenakan adanya
skandal cinta dengan
adiknya sendiri Boru
Pareme.
Kemelut keluarga
yang begitu hebat
telah melanda
keluarga Nantinjo
sehingga abangnya
yang nomor tigalah
yang harus
bertanggung jawab
atas diri Natinjo
sepeninggal kedua
orang tuanya.
Walaupun Nantinjo
tinggal dirumah
abangnya sendiri,
penderitaan yang
dialaminya sangat
berat karena begitu
besar tanggungjawab
yang dibebankan
abangnya terhadap
dirinya mulai dari
mengurus rumah,
mengasuh anak-anak,
serta mencari bahan
makanan ke hutan.
Dan yang membuat
hati Nantinjo sangat
menderita apabila
Nantinjo salah sedikit
saja pastilah dia
mendapat hukuman
dari abangnya. Siksaan
demi siksaan diterima
Natinjo hari lepas hari
dari abangnya
tersebut. Meskipun
begitu berat
penderitaannya
Nantinjo pasrah,
sebab tumpuan
harapan
pengaduannya telah
pergi merantau entah
kemana.
Nantinjo mempunyai
keahlian bertenun,
maklumlah pada saat
itu dia harus bertenun
jika ingin mempunyai
pakaian. Setiap
bertenun, Nantinjo
selalu melantunkan
syair lagu
penderitaannya
dengan berlinang air
mata sambil
memohon kepada
yang Kuasa agar
ditunjukkan jalan
padanya untuk dapat
keluar dari deritanya.
Melihat dan
mendengar
penderitaan serta
jeritan hati Nantinjo,
Yang Kuasa akhirnya
menunjukkan jalan
keluar kepada
Nantinjo. Pada suatu
saat datanglah
abangnya Lau Raja
bertamu kerumah
Limbong Mulana,
melihat adiknya
sedang menangis
hatinya sedih, sebagai
abangnya Lau Raja
penasaran dan
bertanya kepada sang
adik, mengapa engkau
menangis Nantinjo?
Namun pertanyaan
abangnya itu bukan
membuat Nantinjo
diam malah membuat
tangisan Nationjo
semakin keras. Lau
Raja pun mendekati
adiknya, dipeluk dan
dihibur adiknya
dengan penuh kasih
sayang sambil
bertanya ada apa
gerangan yang
membuat hati adiknya
begitu pilu dan sedih?
Sadar bahwa
abangnya begitu
sayang kepadanya,
Nantinjo akhirnya
menceritakan segala
penderitaannya dan
menunjukkan luka
dipunggungnya akibat
siksaan yang kerap
dilakukan abangnya
Limbong Mulana
kepadanya.
Tanpa sadar Lau Raja
memanggil nama
ibunya “Sibaso Bolon”
sambil berujar
“ teganya kamu Ibu,
membiarkan putri
bungsumu mengalami
penderitaan yang
begitu berat dan tidak
berkesudahan ”.
Sambil membelai
adiknya, Lau Raja
mengajak Natinjo
pergi dari rumah
Limbong Mulana dan
ia berjanji akan
menyayangi Natinjo.
Mendengar ucapan
dan janji abangnya,
Nantinjo langsung
mengikuti ajakan Lau
Raja. Akhirnya Lau
Raja membawa
Nantinjo ke Simanindo
Pulau Samosir
tempatnya
tinggal .Semenjak
tinggal dengan Lau
Raja. Nantinjo merasa
senang, tenang dan
bahagia. Nantinjo
diberi kebebasan
untuk melakukan
kesenangannya
bertenun walaupun
abangnya miskin .
Hari lepas hari
berganti, tak terasa
Nantinjo sudah mulai
berkembang menjadi
gadis remaja yang
anggun, cantik dan
bersahaja. Kecantikan
wajah dan sikap
Nantinjo yang tidak
pernah membedakan
teman-temannya
semakin menambah
harum namanya
terlebih dikalangan
pemuda. Nantinjo
menjadi gadis pujaan
semua lelaki baik
dikampungnya
maupun dari kampung
seberang danau toba.
Seorang pemuda dari
perkampungan (Huta)
Silalahi sangat tertarik
kepada Nantinjo dan
ingin menjadikannya
sebagai
pendampingnya
seumur hidup. Tanpa
mengadakan
pendekatan kepada
Nantinjo, pemuda
tersebut langsung
meminta kedua orang
tuanya untuk segera
meminang Nantinjo.
mendengar
permintaan sang anak,
orang tua pemuda
tersebut sangat
senang dan bangga
ternyata putra mereka
bemiat meminang
bunga desa dari
Simanindo.
Tanpa membuang
banyak waktu, pihak
keluarga tersebut
akhirnya berangkat
beserta rombongan
ke rumah Lau Raja.
Dengan maksud untuk
meminang Nantinjo
yang akan dijadikan
istri dari putranya.
Setelah mendengar
dan mendapat
pinangan tersebut, Lau
Raja mengundang
kedua abangnya
Limbong Mulana dan
Sagala Raja untuk
mengadakan rapat
keluarga, untuk
menentukan apakah
pinangan tersebut
diterima atau tidak.
Ternyata, kedua
abangnya mempunyai
pendapat yang sama
yaitu menerima
pinangan tersebut.
Namun Lau Raja
berpendapat bahwa
Nantinjo yang harus
menentukan
keputusan itu,
diterima atau tidaknya
lamaran tersebut.
Kemudian mereka
memanggil Nantinjo
untuk hadir dalam
rapat keluarga
tersebut, dan
mempertanyakan
kepada Natinjo
apakah ia bersedia
menerima pinangan
pihak laki-Iaki dari
seberang danau toba
itu? Sadar akan
keberadaan dirinya
yang laki-laki bukan
perempuan juga
bukan dengan
spontan Nantinjo
menjawab bahwa
dirinya belum siap
untuk berumah
tangga. Dengan alasan
Natinjo ingin
menyelesaikan
tenunannya terlebih
dahulu agar dia bisa
memakainya suatu
saat nanti jika ia telah
siap untuk berumah
tangga.
Namun abangnya
Limbong Mulana tidak
memperdulikan
jawaban Nantinjo dan
tidak memberikan
kesempatan kepada
Nantinjo untuk
menolak. Katanya
“ kamu harus
menerima pinangan
tersebut ”. Mendengar
paksaan dari
abangnya itu tanpa
sadar air mata
Nantinjo menetes
dipipi, dia berpikir
tidak akan bisa
melawan keinginan
abangnya Limbong
Mulana. Nantinjo
melayangkan
pandangan kepada
abangnya Lau Raja
dengan harapan dapat
membela dirinya,
namun Lau Raja pun
tidak dapat membela
adik yang sangat
disayanginya itu
karena dia sendiripun
takut akan amarah
abangnya Limbong
Mulana. Melihat situasi
seperti itu Nantinjo
hanya dapat menangis
dan menjerit meratapi
nasibnya dalam hati.
Hanya Nantinjo sendiri
yang tahu siapa
dirinya yang
sebenarnya. Ketiga
abangnya tidak
mengetahui bahwa
Nantinjo tidak
sempurna dilahirkan
kedunia ini sebagai
seorang wanita.
Nantinjo menolak
karena dia menyadari
bahwa dia tidak akan
dapat
membahagiakan calon
suaminya dikemudian
hari. Nantinjo
berusaha berpikir
keras, alasan
apalagikah yang tepat
untuk dapat menolak
lamaran tersebut.
Nantinjo terus berfikir,
berusaha mencari
alasan untuk menolak
lamaran tersebut.
Akhirnya dia
mendapat ide dan
mengatakan kepada
abangnya: “Saya
bersedia menerima
pinangan dengan
syarat pihak laki-laki
itu harus dapat
menyediakan emas
satu perahu penuh
serta uang ringgit satu
perahu penuh ”
Mendengar
persyaratan yang
diberikan Nantinjo
ternyata orang tua
calon suaminya siap
memenuhi
permintaannya itu,
bahkan calon
mertuanya
mengatakan lebih dari
permintaanmu kami
dapat kami penuhi.
Setelah kedua belah
pihak sepakat, pihak
lelaki kembali ke
kampungnya
diseberang Pulau
Samosir. Keesokan
harinya, pihak laki-laki
itupun datang kembali
beserta rombongan
dengan membawa
persyaratan yang
diminta Nantinjo, yaitu
emas satu perahu dan
ringgit satu perahu.
Melihat emas satu
perahu dan ringgit
satu perahu
keserakahan Limbong
Mulana timbul,
sikapnya langsung
berubah lembut
kepada Nantinjo.
Dengan lembut
Limbong Mulana
mengatakan kepada
adiknya “sekarang
kamu tidak memiliki
alasan lagi untuk
menolak pinangan
calon suamimu itu
adikku, sebab calon
mertuamu sudah
memenuhi
permintaanmu
disaksikan ketiga
abang¬-abangmu
serta khalayak ramai.
Begitu tulusnya calon
mertuamu menjadikan
kamu sebagai
menantu, dan sebagai
abangmu yang tertua
diantara kami, aku
memutuskan bahwa
kamu harus berangkat
saat ini juga ikut
dengan suamimu, Doa
Restu dari kami
abang-abangmu
menyertai
keberangkatanmu.
Kami mendoakan
kiranya Tuhan
memberikan
kebahagian lahir
maupun batin kepada
kamu” kata Limbong
Maulana panjang
lebar.
Dengan hati yang
hancur Nantinjo
menatap abangnya
satu persatu sambil
berkata kepada
abangnya Lau Raja :
“ Jikalau memang saya
harus berangkat untuk
berumah tangga
dengan calon suami
saya yang bukan
pilihan hati saya, tetapi
dikarenakan godaan
emas dan ringgit satu
perahu, ternyata
kalian tega memaksa
saya untuk berumah
tangga, bagiku tidak
ada pilihan kecuali
menerima namun
permintaanku pada
abang: ”Kumpulkanlah
semua apa yang
menjadi milikku
termasuk alat yang
selalu kupakai untuk
bertenun. Bambu
turak ini tempat
benang tenunku
tolong tanamkan di
ujung desa ini, suatu
saat nanti semua
keturunan Bapak dan
Ibuku akan melihat
dan mengingat saya
yang penuh dengan
penderitaan. ”
Lau Raja memenuhi
permintaan adiknya
dan berjanji akan
melaksanakannya.
Nantinjopun akhirnya
menaiki perahu
kesayangannya dan
berangkat
meninggalkan
kampung itu
mengikuti rombongan
calon suaminya.
Sambil mendayung
perahu hati Nantinjo
terus gusar. Dia tidak
dapat membayangkan
apa yang bakal terjadi
setelah sampai
dikampung calon
suaminya nanti.
Kegundahan dan
kekalutan pikiran
Nantinjo tidak
menemukan jawaban,
kemudian Nantinjo
memohon dan
berseru kepada
ibunya Sibaso Bolon,
“ Bu, mengapa ini
harus terjadi,
seandainya dahulu ibu
cerita kepada semua
abangnya tentang
keadaan Natinjo yang
sebenarnya, mungkin
ini tidak akan terjadi.
lbulah yang bersalah
serta Limbong Mulana
yang tergoda dengan
emas dan ringgit satu
perahu ”. Dengan hati
yang sangat pilu
Nantinjo bertanya
kepada Ibunya,
“ masihkah lbu sayang
pada putrimu ini?
kalau lbubenar-benar
masih sayang
dengarkanlah jeritan
hati putrimu ini yang
pal¬ing dalam. lbu!
saya tidak mau
berumah tangga
sebab itu hanya akan
membuat aib
dikeluarga, Putrimu ini
rela berkorban demi
nama baik keturunan
Bapak dan lbu di
kemudian hari. Saya
tahu ibu dapat
berkomunikasi
langsung dengan Yang
Kuasa, Pintalah
kepada Yang Kuasa
agar saya lepas dari
penderitaan ini dan
persatukanlah saya
dengan ibu ”.
Mendengar jeritan
sang putri yang sangat
memilukan hati,
ibunya pun meminta
kepada Yang Kuasa.
Maka seketika itu juga
turunlah hujan yang
sangat lebat, angin
dan badaipun datang
menerjang perahu
Nantinjo. Gemuruh
ombak disertai
halilintar turut
menangis melihat
penderitaan Nantinjo.
Akhirnya perahu
Nantinjopun
tenggelam ditelan
ombak danau toba.
Nantinjo menemui
ajalnya seketika itu
juga. Ketiga abangnya
yang menyaksikan hal
itu merasa bersalah
serta takut.
Bahkan setelah
Limbong Mulana
memeriksa emas dan
ringgit satu perahu
yang diberikan calon
suami adiknya
ternyata hanya
diatasnya saja emas
dan ringgit
dibawahnya hanya
gundukan pasir dan
tanah. Penyesalan
yang timbul selalu
datang terlambat, apa
mau dikata Nantinjo
sudah tenggelam ke
dasar danau toba.
Keesokan harinya
disaat orang masih
tertidur pulas Lau Raja
pergi kepantai tempat
perahu Nantinjo
diberangkatkan
dengan harapan dapat
menemukan adiknya
hidup maupun mati.
Ditelusurinya
sepanjang pantai
namun tidak
ditemukan jasad
adiknya. Sambil
menangis tersedu-
sedu Lau Raja
meminta dalam
hatinya kepada Yang
Kuasa agar jasad adik
yang disayanginya
dapat ditemukan.
Sayup-sayup Lau Raja
mendengar bisikan:
“ Adikmu Nantinjo
sudah saya bawa
ketempat yang aman,
sekarang dia bersama
ibumu. Anakku
hapuslah air matamu,
dan lihatlah ketempat
dimana perahu
adikmu tenggelam,
disitu kau akan
melihat satu keajaiban
dunia, perahu adikmu
akan muncul kembali
berupa pulau.“ Inilah
sebagai pertanda bagi
keturunanku di
kemudian hari betapa
tulus dan mulia
pengorbanan adikmu,
tidak pernah mau
membuat saudaranya
malu dan terhina
dihadapan orang “.
Tiba-tiba Lau Raja
tersadar dan melihat
dimana perahu
adiknya tenggelam,
dengan rasa kaget dia
melihat apa yang
dibisikkan oleh
ibunya.Timbulnya
pulau itu membuat
Lau raja merasa
adiknya Nantinjo
serasa hidup kembali,
dan dia berjanji pada
diri sendiri bahwa ia
beserta seluruh
keturunannya harus
menjaga dan merawat
serta menyayangi
pulau itu,
sebagaimana dia
menyayangi
adiknya.Lau Raja
memberi nama pulau
itu “PulauMalau”.
TURUNNYA ROH
NANTINJO
Setelah Nantinjo
tenang bersama
ibunya disisi Yang
Kuasa, pada suatu hari
ibunya meminta
Nantinjo untuk turun
kebumi untuk melihat
keturunan ibunya.
Itulah pertama sekali
Nantinjo menumpang
ke tubuh orang
(marhuta¬ hula) di
desa sagala. Pada saat
itu ada seorang ibu,
istri dari marga sagala
sedang pendarahan
dan Nantinjo
menumpang ke tubuh
orang yang kurang
waras. Nantinjo
meminta air untuk
menyembuhkan si ibu
namun orang-orang
yang ada dirumah itu
berserta keluarga si
ibu tersebut
mengatakan
bagaimana kamu bisa
membantu, kamu saja
kurang waras, namun
Nantinjo tetap
meminta air, akhirnya
mereka memberikan
air yang diminta
Nantinjo dan dia
mengobati si ibu.
Betapa herannya
orang yang ada
dirumah itu karena si
ibu dapat sembuh.
Akhirnya mereka
bertanya “siapa kamu
sebenarnya, lalu
Nantinjo menjawab:
saya adalah namboru
kalian Nantinjo ”
mereka menjawab
Nantinjokan sudah
tenggelam, tetapi
Nantinjo menjawab
bahwa Rohnyalah
yang menumpang
pada orang yang
kurang waras tersebut
serta mengatakan
“ Jikalau kalian butuh
bantuan panggillah
namaku, terlebih
kalau di danau toba.
Natinjo juga berpesan
kepada mereka, kalau
telur ayam kalian
mengecil jangan kalian
takut sebab akulah
yang meminta, kalau
padimu tertinggal
disawah dan tidak
dapat kamu panen
akulah yang
memintanya.
Kemudian Nantinjo
kembali lagi kesisi
ibunya.
Melihat keturunannya
(pomparan) semakin
berantakan serta
sering memanggil-
manggil nama
putrinya Akhirnya
Ibunya Sibaso Bolon
meminta Nantinjo
kembali ke dunia
untuk membantu
keturunannya dan
mengupayakan untuk
mempersatukan
kembali keturunan
ibunya.
Sekarang Nantinjo
dapat kita temui
melalui nai Hotni yang
ada di Cianjur untuk
meminta pertolongan
ataupun menggali
sejarah Pomparan
Guru Tatea Bulan/
Sibaso Bolon.
Sebelumnya nai Hotni
juga tidak mengetahui
kalau dirinya telah
dipilih Nantinjo
sebagai hasorangan
(yang menggendong
Nantinjo). Memang
semenjak kecil telah
terjadi keanehan yang
selalu dibuat nai Hotni
melalui Nantinjo. Pada
usia empat tahun nai
Hotni telah
menyembuhkan
seorang gadis yang
sakit parah bahkan
sudah divonis dokter
tidak panjang umur.
Saat ini gadis yang
divonis harus
meninggal itu
masihlah hidup dan
umurnya kira-kira 60
tahun kurang lebih.
Dan gadis itu berada
di daerah sidikalang,
tepatnya di sumbul.
Dan yang lebih aneh
jikalau nai Hotni
marah ataupun
sedang kesal diwaktu
kecil cukup diberikan
sebuah jeruk purut,
maka amarah dan
kesalnya akan hilang,
tidak seperti kebiasaan
anak lainnya yang
dapat dibujuk dengan
permen atau mainan.
Nai Hotni adalah
hasorangan namboru
Nantinjo yang ke Lima.
Yang pertama gadis
yang kurang waras di
desa sagala meskipun
hanya sekejap,yang
kedua sampai ke
empat namboru
memilih dari boru
Limbong, boru sagala
dan boru malau.
Sebelum nai Hotni
resmi menjadi
hasorangan Nantinjo
kehidupannya sangat
menderita. Kalau kita
mendengar ceritanya
hampir mirip dengan
penderitaan Nantinjo,
semenjak merantau
tahun 1994 ke pulau
Jawa, tepatnya Jawa
Barat kehidupan
keluarga nai Hotni
sangat menderita.
Adapun tujuan
mereka merantau
untuk merubah nasib
namun ternyata justru
penderitaan yang
datang silih berganti.
Pada saat itu nai Hotni
dengan suaminya
hidup dari berdagang.
Agar dagangannya
laris mereka mencoba
meminta bantuan
kepada orang pintar
(Dukun), orang pintar
tersebut mengatakan
bahwa nai Hotni tidak
perlu minta bantuan
karena ada yang
mengikutinya, nai
Hotni pun menoleh
dan menjawab tidak
ada yang mengikuti
saya! Sang dukun
mengatakan bahwa
dia diikuti wanita yang
berjubah putih.
Semakin penasaran
nai Hotni lalu
bertanya siapa?
Namborumu jawab
dukun itu, wong
namboru saya masih
hidup jawab Nai Hotni
sang dukun tersebut
menjawab, yang
diatas, karena bingung
Nai Hotnipun akhirnya
pulang.
Suatu ketika, si Hotni
demam lalu nai Hotni
membawa anaknya ke
dukun untuk minta
diobati namun sang
dukun tidak mau
memberikan dengan
alasan tidak mampu
mengobati karena
dihalang-halangi
wanita berjubah putih.
Sang dukun
mengatakan hanya
pakai air liur ibu saja
anak ibu sehat, karena
bingung dan
bercampur kesal ia
pun pun pulang
kerumah. Sesampai
dirumah sambil
tiduran menjaga si
Hotni, dia teringat apa
yang dikatakan dukun
tadi, lalu Nai Hotni
mengusapkan liurnya
kedahi putrinya,
setelah diusapkan
ternyata panas si
Hotni benar-benar
hilang.
Akhir tahun 1995 nai
Hotni jatuh sakit,
dokter sudah
menyatakan tidak
sanggup untuk
menyembuhkan nai
Hotni, suaminya
sangat bingung mau
dibawa kemana istri
tercintanya? dibawa
berobat sementara
penghasilanpun sudah
tidak ada, disaat sang
suami sudah pasrah
datanglah seorang ibu
menganjurkan agar
nai Hotni mengurus
namboru yang selalu
mengikutinya. Ibu itu
juga mengatakan ia
hanya dapat
memberikan jeruk
purut (anggir) ini
untuk diminum. nai
Hotnipun meminum
jeruk purut tersebut
dan kesehatannya pun
mulai membaik.
Kemudian sang suami
memutuskan untuk
mengadakan gondang
(gendang) dikampung,
namun tidak mungkin
dilakukan karena pada
saat itu karena nai
Hotni sedang hamil
tua. Karena tidak jadi
mengadakan
gondang, kehidupan
nai Hotni semakin
runyam dan tersiksa.
Akibat rasa sakit yang
tidak tertahankan lagi
akhirnya ama nihotni
pun memutuskan
untuk segera
mengadakan gondang
tahun 1997 di
kampung. Setelah
mengadakan gondang
barulah datang
Namboru Paraek
Bunga-bunga setelah
itu baru Namboru
Nantinjo datang ke nai
Hotni.
Memanggil namboru
Nantinjo harus
terlebih dahulu
memanggil Namboru
Paraek Bunga-bunga
sebab kesucian
Namboru Nantinjo
lebih tinggi, tidak
boleh Nai Hotni
langsung memanggil
Namboru Nantinjo.
Inilah satu pertanda
dimana namboru
Nantinjo yang
sebenarnya.
Pada tahun 1999
Namboru Nantinjo
mengadakan gondang
di Buhit pulau
Samosir. Pada saat itu
sesepuh dari marga
Limbong tidak
memberikan ijin
dikarenakan tidak
pernah ada yang
dapat mengadakan
gondang ditempat itu
katanya! Lalu
namboru menjawab,
kenapa kamu
melarang
sayamembuat
gondang di kampung
saya sendiri? kalau
yang lain bisa kamu
larang, tetapi saya
tidak boleh kamu
larang! Akhirnya
sesepuh limbong tidak
dapatberbuat apa-apa
gondang pun
dilaksanakan.
Gondang tersebut
berjalan dengan
lancar dan sejak saat
itulah orang-orang
yang membawakan
nama Namboru
Nantinjo mengadakan
acara gondang
dibuhit.
Satu tahun kemudian
Namboru Nantinjo
mengadakan gondang
di Simanindo tepatnya
tanggal 9 Juni 2000,
untuk Patappehon
Oppung Silau Raja
kepada
hasorangannya Nai
Dianto boru Sidauruk
Istri dare Ama Dianto
Malau yang sekaligus
menjaga Bulu Turak
Namboru Nantinjo.
Melalui hasorangan
namboru Nantinjo nai
Hotni boru sagala,
acara patappehon
oppung Silau Raja
berjalan dengan
lancar.
NAMBORU
MENGADAKAN
GONDANG DI TAMAN
MINI INDONESIA
INDAH
Untuk mempersatukan
seluruh keluarga dari
saudaranya laki-Iaki
(ibotonya) namboru
Nantinjo mengadakan
Pesta Budaya Batak di
Taman Mini Indonesia
Indah (TMIl) pada
tanggal 7 Oktober
2000. Seluruh
keturunan
(pomporan) ibotonya
pada saat itu hadir
dalam acara tersebut.
Pada kesempatan itu
namboru Nantinjo
menceritakan riwayat
hidupnya, serta
memperagakan
bagaimana dia
tenggelam di danau
toba. Seluruh
keturunan ibotonya
itu sangat antusias
ingin mengetahui
sejarah yang
sebenarnya.
Namboru Nantinjo
selalu menjawab apa
yang dinginkan
keturunan ibotonya.
Pada saat acara
berlangsung terjadi
keajaiban yang luar
biasa, turunnya hujan
yang sangat deras
disertai angin yang
sangat kencang.
Ternyata penguasa
alam gaib datang
bertanya kepada
Nantinjo siapa kamu
berani-berani
membuat acara
ditempat saya?
Nantinjo menjawab,
saya keturunan Guru
Tatea Bulan/Sibaso
Bolon. Abang saya
Raja Uti, Saribu
Raja,Limbong Mulana
dan Sagala Raja. lalu
Nantinjo balik
bertanya, siapa
gerangan penguasa
alam gaib yang
datang? Yang ditanya
hanya diam seribu
bahasa. Namun dia
menangis sepertinya
ikut merasakan
kepedihan hati
Nantinjo. Karena tidak
ada jawaban dari
penguasa alam gaib
tersebut, Nantinjo
akhirnya berkata:
“ siapapun kamu yang
datang ini, saya
mohon jangan ganggu
acara yang sedang
saya lakukan, dan saya
harap kamu bersedia
membantu saya
mengembalikan pulau
malau yang telah
diambil oleh orang
lain ”. Penguasa alam
gaib itu tetap diam
namun tidak
bergeming dari
tempatnya, acarapun
dilanjutkan kembali.
Ketika sedang asik
menari (manortor)
tiba-tiba namboru
Nantinjo mendadak
datang dan bercerita
kembali sambil
bertanya kepada
keturunan ibotonya,
apakah mereka mau
membantu dia untuk
mengembalikan pulau
malau? serempak
keturunan ibotonya
menyanggupi
permintaan Nantinjo.
Setelah semua
keturunan ibotonya
menyanggupi
permintaan Nantinjo
ditentukanlah kapan
dan bagaimana cara
pengembalian pulau
malau. Setelah
berunding,
ditentukanlah siapa
yang ditunjuk sebagai
perwakilan untuk
menemui keluarga
sidauruk, dan
selanjutnya akan
diadakan gondang di
pulau Malau setelah
urusan dengan Marga
Sidauruk selesai.
Utusan yang sudah
ditentukan berangkat
menuju rumah
Sidauruk tanggal 02
Pebruari 2002 untuk
membicarakan surat-
surat pulau
Malau,namun pihak
Sidauruk meminta
agar mereka
membawa perwakilan
malau yang ada di
Simanindo dua atau
tiga orang, jikalau
sudah ada, maka
utusan Malau dari
simanindo pihak
sidauruk akan
memberikan surat-
surat pulau Malau.
Utusan yang dikirim
meminta ijin kepada
pihak Sidauruk untuk
mengadakan gondang
di pulau malau, dan
hal itupun disetujui.
Sambil menunggu
Malau dari simanindo
dapat diundang untuk
dapat bertemu
dengan pihak
sidauruk.
MENGEMBALIKAN
PULAU MALAU
Setelah ada ijin dari
pihak Sidauruk maka
pada Tanggal 28-30
Juni 2001 diadakanlah
gondang dipulau
malau sebagai tanda
bahwa pulau malau
telah kembali
sekaligus
mempersatukan
keturunan orang
tuanya Guru Tatea
Bulan/Sibaso Bolon.
Semua keturunan
iboto Nantinjo hadir
dalam acara tersebut,
bahkan hadir
hasorangan yang
jumlahnya delapan
belas orang yang
membawakan nama
Nantinjo datang pada
saat itu.
Ketika acara sudah
dimulai hasorangan
yang membawakan
Nantinjo mulai
kesurupan satu-
persatu, namun
namboru Nantinjo
yang sebenarnya
belum datang.
Diperkirakan ia sedang
memantau apa saja
yang dikatakan oleh
orang¬-orang yang
mengaku sebagai
hasorangannya,
karena jikalau benar
sebagai hasorangan,
Nantinjo harus tau apa
yang dikatakan serta
apa yang harus
diperbuat dalam acara
tersebut. Begitu
hebatnya perdebatan
yang terjadi pada saat
itu antara yang
mengaku hasorangan
Nantinjo dengan
keturunan iboto
Nantinjo, akhirnya
Nantinjo datang
melalui nai Hotni. Ia
mengumpulkan
orang¬-orang yang
mengaku sebagai
hasorangan Nantinjo,
dia mengatakan
“bahwa mereka
adalah sebahagian
yang membawa tas
(hajut) serta pengawal
Nantinjo. kemudian
Nantinjo meminta
mereka semua
menangis di hadapan
yang hadir di acara
tersebut.
Semua yang mengaku
hasorangan
Nantinjopun
menangis, lalu
Nantinjo menyuruh
panuturinya
(penterjemah) ama
nihotni untuk
mempersiapkan
napuran (debban)
untuk dibagi-bagikan
kepada mereka
sebagai upah. Tanpa
sepengetahuan
keturunan ibotonya,
Nantinjo melakukan
semua itu kepada
orang-orang yang
mengaku
hasorangannya
dengan tujuan supaya
keturunan ibotonya
itu mengetahui siapa
sebenarnya yang
dipilihnya menjadi
hasorangannya dan
sebagai tambahan
yang sangat renting.
Untuk menambah
pengetahuan para
pembaca bahwa tikar
tempat duduk
namboru Nantinjo
harus tiga lapis yang
mempunyai arti
bahwa namboru
Nantinjo sudah
menjalani Banua Toru
(tenggelam didanau
toba) Banua Tonga
(semasa hidupnya)
dan Banua Gijang
(menghadap Yang
Kuasa).
Tujuan mulia yang
dilakukan Nantinjo
kepada keturunan
ibotonya, ternyata
disalahartikan oleh
keturunan ibotonya.
Pulau malau yang
seharusnya sudah
kembali kepada si
pemilik menjadi
permasalahan kembali
karena pihak sidauruk
tidak mau lagi
memberikan surat-
surat pulau malau
karena keturunan
iboto Nantinjo.
bahkan kabarnya
sebahagian pihak
malau saat ini
berusaha agar
hasorangan namboru
nantinjo harus boru
malau.
Berbagai cara
dilakukan malau yang
ada di simanindo
untuk menggagalkan
kembalinya pulau
malau, yang
seharusnya sesuai
dengan janji atau
sumpah kakeknya
ketika melihat pulau
malau pertama kali
harus mereka
laksanakan. Kita saja
kalau makam orang
tua kita diserobot
orang kita pastilah
marah. Mengapa
pulau malau sebagai
pertanda dari leluhur
kita tidak kita rawat
sebaik mungkin,
malah saat ini justru
orang lain yang
memilikinya. Tidak
tertutup kemungkinan
hal ini yang membuat
keturunan Oppu Guru
Tatea Bulan/Sibaso
Bolon semakin susah
hidupnya. Pernahkah
kita menyadari hal ini.
Hal ini juga yang
membuat namboru
Nantinjo setengah hati
untuk membantu
keturunan dari
ibotonya karena
Nantinjo merasa sedih
kita keturunan
ibotonya membiarkan
sibuk-sibuk (daging)
namboru kita dikuasai
orang lain.
Tidak tertutup
kemungkinan semakin
menderita kehidupan
masyarakat Batak
disekitar Danau Toba
serta pulau samosir
saat ini disebabkan
Pulau malau dikuasai
marga Sidauruk serta
kurangnya
perhormatan yang kita
lakukan terhadap
leluhur. Coba kita kilas
balik ke belakang,
zaman Nahum
Situmorang
almarhum, beliau
sampai berani
menciptakan lagu
pulau Samosir yang
terkenal dengan
kacangnya serta
padinya, Tao Toba,
Parapat sebagai Kota
turis. Sekarang apa
yang kita lihat tidak
ada perkembangan
bahkan dapat kita
katakan lagu-Iagu
ciptaan Bang Nahum
Situmorang untuk saat
ini tidak berlaku lagi
melihat kondisi pulau
samosir dan Danau
Toba, coba kita
renungkan dan kita
benahi.
Pesta Mempersatukan
Keturunan Ompu
Guru Tatea Bulan/
Sibaso Bolon
Mangkaroani Air Batu
Sawan Ompu Raja Uti
Tanggal 17-18-19 Juni
2002
Pada Tanggal 17-19
Juni 2002 namboru
Nantinjo mengadakan
gondang selama tiga
hari-tiga malam untuk
mempersatukan
keturunan abangnya
didesaParik Sabungan
Limbong Sianjur Mula-
mula. Sesuai dengan
adat yang telah
berlaku. Undangan
yang telah disebarkan
kepada keturunan
Guru Tatea Bulan/
Sibaso Bolon dengan
Pemerintah setempat
Bupati, Camat, Kepala
Desa serta Raja Adat
turut menghadiri
acara tersebut.
Dalam acara tersebut
keturunan Ompu Guru
Tatea Bulan/Sibaso
Bolon memberikan
kenang-kenangan
berupa Ulos Batak
kepada robongan
Bupatibeserta
jajarannya serta
memberikan buku
sejarah Nyi Roro Kidul
yang menceritakan
bahwa dia adalah
Putri sulung dari Raja
Batak, Guru Tatea
Bulan/Sibaso Bolon
yang bernama Biding
Laut. Selanjutnya
Bupati memberikan
bantuan sebagai tanda
turut berpartisipasi.
Pada malam harinya
yang hadir meminta
kepada nai Hotni boru
Sagala untuk
memanggil namboru
Nantinjo untuk
bercerita kepada
keturunan abangnya.
Setelah acara ritual
dilaksanakan namboru
Nantinjo datang dan
bercerita bahwa
abangnya Saribu Raja
dan Lau Raja telah
kembali ke kampung
halamannya karena
keturunannya telah
bersatu hati. Katanya “
Ia sangat bahagia
melihat abangnya
telah melihat kalian
telah bersatu ”.
Keturunan abangnya
pun mengucapkan
terima kasih kepada
namboru meminta
kepada Oppung agar
memberkati kami
keturunannya.
Keesokannya, dipagi
hari, tanpa
sepengetahuan
seorangpun melalui
hasorangannya A. Raja
Limbong dari
sidikkalang Oppu Raja
Uti datang dan
menceritakan
kegembiraan serta
kebahagiannya
melihat keturunannya
telah bersatu.
Lanjutannya silahkan
baca : Asal Usul Nyi
Roro Kidul

No comments:

Post a Comment

Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.