Thursday 24 March 2011

Perjalanan Silahisabungan Versi Silahi Raja

Perjalanan Silahisabungan versi Tolping

oleh Biarjo Joseph Silalahi.
salam.Dalam mempelajari dan untuk memberikan masukan dalam hal kesembrautan sejarah maupun tarombo Pomparan Silahisabungan ini jika kita tidak mengetahui kronologis secara keseluruhan terjadinya masalah ini memang akan banyak timbul kebingungan dan pertanyaan, dan bagi dongan tubu yang tidak perduli dan yang kurang mengetahui cerita ini akan gampang terkecoh dan hanya diam atau mengikut suara mayoritas saja.Sebenarnya saya tidak mau untuk mengajari para dongan tubu sekalian, tapi sudah menjadi kewajibanku sebagai marga Silalahi untuk menceriterakan kejadian yang berlangsung selama ini dan bisa menjawab seluruh kejanggalan-kejanggalan yang ada.Sebelum meninggal dunia Silahisabungan telah berpesan kepada anaknya Silalahi sebagai anak tertua bahwa jika dia meninggal nanti akan dikuburkan dekat dengan hula-hulanya Tuan Sorbadijulu (Naiambaton) dan pesan (tona) itupun dilaksanakan Silalahi tentu dengan sepengetahuan ke 8 (delapan) saudara-saudaranya, oleh karena itu semua keturunan Silahisabungan mengetahui di Dolok Parmasan Pangururanlah kuburan/makam Raja Silahisabungan (catatan Raja Frederik Tambunan thn 1896-1898 waktu menjabat Controleur Van Samosir di Pangururan).Dan begitu juga pemakaian nama yang akhirnya menjadi marga keturunan masing-masing sangat teratur dan saling menghargai walau mungkin ada sebagian yang sakit hati dipacu dengan pembagian dan penamaan harta warisan.Saat itu hal itu belum kelihatan dan berlangsung biasa-biasa saja terlihat dari keakraban sesama yang bersaudara sesuai dengan parhundul masing-masing.Namun dalam waktu yang panjang dengan tuntutan situasi dan alam dan tuntutan kehidupan banyak terjadi perpindahan penduduk dari daerah yang satu ke daerah yang lain.Didalam era yang begitu keras itu tentu banyak persaingan antar etnis yang menimbulkan banyak terjadi penolakan, hal itupun disiasati para pendatang dengan mengganti marganya sesuai dengan marga para penguasa tempat itu, misalnya di Simalungun banyak marga dari Batak Toba merobah marganya menjadi marga Sinaga karena marga itu cukup diterima di Simalungun begitu juga di Karo banyak yang membaur dengan marga setempat.Begitu juga marga yang tidak begitu dikenal di tempat lain misalnya dari keturunan Silahisabungan marga Sidebang maupun Situkkir dan lainnya dari turunan si 7 turpuk tidak begitu di kenal di Balige tapi Silalahi sangat terkenal dan punya huta di Balige, jadi untuk memudahkan penerimaan dan perkenalan mereka mengatakan bahwa mereka sama dengan marga Silalahi yang artinya sama-sama turunan Silahisabungan, namun seterusnya untuk mendapat akses yang lebih jauh para pendatang ini membuat marga anaknya menjadi marga Silalahi yang akhirnya terjadi marga bapak Sihaloho tapi anaknya bermarga Silalahi, yang kronisnya sejarah itupun tidak di ceritakan kepada generasi selanjutnya hingga banyak yang kehilangan identitas tidak mengetahui marga dan tarombo dia yang sebenarnya. Penduduk yang masih bertahan di kampung asalnya masih tetap memegang teguh adat istiadat dan menjalankan marga dan partuturan yang sesungguhnya, namun dengan arus dari para perantau yang kebetulan menjadi mampu tidak lagi mengerti dan tidak mengindahkan adat dan partuturan yang sesungguhnya dan pelan-pelan meracuni pikiran penduduk asal hingga terjadi gab diantara keturunan yang sama.Hal inipun sangat diantisipasi para sesepuh yang tinggal dibonapasogit hingga timbul ide untuk mempersatukan seluruh keturunan Silahisabungan dengan membuat Tugu Peringatan thn 1968. Hal itupun disetujui para keturunannya yang dari perantauan dan kesepakatan terjadi dibuat di Silalahi nabolak mengingat di Silalahi nabolak juga menjadi huta kedua Silahi sabungan setelah huta Tolping.Ditengah rapat-rapat pembangunan tugu tersebut timbul beberapa masalah yang sangat kronis dimana Silahi Raja (Silalahi) tidak dimasukkan sebagai anak dari Silahi Sabungan begitu juga Istri Silahi Sabungan di buat menjadi hanya 2 (dua) orang yang sebelumnnya ada 3 (tiga) orang, serta keberadaan marga istri kedua Pinggan matio yang tidak jelas Padang batanghari atau Matanari, dari situ mulai tercium adanya unsur-unsur kepentingan dan rasa ingin menyingkirkan yang lain .Hal itupun sangat kontroversi hingga tidak ada kesepakatan yang membuat turunan Silahi Raja (Silalahi) dan Turunan Raja Tambun/Tambunan memutuskan untuk tidak mengikuti dalam pembuatan tugu tersebut.Namun dengan kekuasaan yang ada serta dana yang cukup para perantau ini terus melaksanakan pembangunan itu dan berencana untuk memindahkan tulang belulang Silahisabungan yang selama ini ada di dolok Parmasan Pangururan, namun karena tidak disetujui Silalahi dan Pomparan Si raja Tambun hal itupun dilakukan secara simbolis dan Tugu Diresmikan pada thn 1981Dengan mencantumkan silsilah sbb:Silahi sabungan dgn istri 2 yakni1. Pinggan matio boru Padang batang hari2. Milingiling boru raja mangarerakDengan 8 anak dan 1 boru1. Loho Raja (Sihaloho)2. Tukkir RaJa ( Situkkir)3. Sondi Raja (Rumasondi)4. Butar Raja (Sinabutar)5. Bariba Raja (Sinabariba)6. Debang Raja (Sidebang)7. Batu Raja (Pintubatu)8. Tambun Raja (Tambunan)9. Deang na moraSejak dari peresmian tugu tersebut resmi sudah tidak tercatat adanya marga Silalahi sebagai turunan dari Silahi Sabungan, tapi mereka menyebutkan bahwa Silalahi itu adalah marga parsadaan/persatuan, namun menjadi aneh kalau parsadaan kenapa tidak dicatatkan atau di ukir dalam tugu tersebut.Akibat dari pembangunan tugu tersebut banyak keturunan Silahisabungan yang kebingungan tentang tarombonya baik di intern antar marga itu sendiri karena sebagian ada yang mengakui dan memang selama ini dijalankan dengan baik namun akibat rasa solidaritas sesama marga hal itupun didiamkan bagai gunung es dilautan lepas.Semenjak dari peresmian tugu itu, semua marga dari si 7 turpuk disarankan untuk memakai marga Silalahi di depan marganya begitu juga papan nama di depan rumah masing-masing, walau masih ada yang tetap bertahan membuat marganya yang sebenarnya.Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan dan menjaga Tarombo yang sesungguhnya dari Silahisabungan Turunan Silahi raja (Silalahi) dan Turunan Raja Tambun berinisiatif untuk memugar kembali kuburan (Tambak) Silahisabungan yang ada di Dolok Parmasan lengkap dengan patung ke 3 istrinya dan relief ke 9 anaknya yakni :Silahi sabungan dengan ke 3 istrinya :1. Pintahaomasa boru basonabolon2. Pinggan Matio boru padangbatanghari3. Similing-iling boru mangarerakDengan ke 9 anaknya yakni:1. Silahi Raja (Silalahi)2. Loho Raja ( Sihaloho)3. Tukkir RaJa ( Situkkir)4. Sondi Raja (Rumasondi)5. Butar Raja (Sinabutar)6. Bariba Raja (Sinabariba)7. Debang Raja (Sidebang)8. Batu Raja (Pintubatu)9. Raja TambunDengan berjalannya waktu Silalahi tetap eksis mempertahankan tarombonya tanpa menghilangkan siapapun dari keturunan Silahisabungan yang di kuatkan oleh Turunan Si Raja Tambun, begitu juga perjalanan hidup si Raja Tambun hingga harus disusui Pintahaomasan boru basonabolon dan perjalanan Raja bunga-bunga hingga tiba di Balige dan menjadi Raja Bunga-bunga Silalahi Parmahan.Melihat kegigihan Pomparan Silalahi mempertahankan marganya, pihak-pihak yang bersebranganpun mulai bermanuver dengan mengakui adanya marga Silalahi tapi membuat tarombo yang baru yakni dari cucu dan cicit Silahi sabungan dari anaknya Sihaloho dan Rumasondi namun kembali menjadi aneh, marga Cucu/cicit menjadi marga persatuan yang hanya terjadi di keturunan Silahisabungan versi si 7 turpuk. Begitu juga sejarah Raja Tambun yang sebenarnya, diadopsi menjadi versi yang lain dan perjalanan Si raja-bunga-bunga hingga tiba di Balige raja dan menjadi anak dari Tuan Sihubil berganti dengan versi yang janggal dan dipaksakan.Turunan Silalahi yang ada di Tolping dan yang ada di Pangururan tidak terpengaruh dengan manuver tersebut, namun hal itu jadi membingungkan keturunan Silalahi Parmahan yang ada di Balige, hingga terpecah menjadi 2 kubu, ada yang mengakui turunan dari Silahi Raja, ada yang mengakui turunan dari Rumasondi, hingga tugu Silalahi Parmahan yang ada di Balige terbengkalai lama, namun setelah para ompung-ompung dan raja adat yg mengetahui sejarah itu meninggal semua, baru akhir-akhir ini thn 2008 tugu itu di resmikan secara sepihak oleh yang punya kuasa, begitu juga Turunan Raja Tambun menjadi terpengaruh, banyak yang eksis mempertahankan dan banyak juga yang kebingungan hingga membuat mereka tidak terlalu ikut campur tangan hingga tugu Si raja Tambunpun sampai sekarang terbengkalai.Hal ini sangat memprihatinkan seluruh keturunan Silahisabungan generasi berikutnya yang entah kapan hal ini bisa di selesaikan secara damai dan kekeluargaan dalam porsi yang sesungguhnya yang tentu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai Dalihan na tolu.Demikianlah secara singkat perguliran sejarah turun-temurun yang menjadi sarana pengetahuan kepada seluruh Pomparan ni Omputta Silahisabungan di seluruh penjuru desa naualu.
HorasBiarjo Joseph SilalahiPar Pintusona

No comments:

Post a Comment

Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.