Thursday 24 March 2011

Perkawinan Silahisabungan dengan Siboru Nailing

Perkawinan Raja Silahisabungan dengan Siboru Nailing

Siboru Nailing boru Nai Rasaon Adalah puteri Raja Mangarerak, seorang Raja yang terkenal di Sibina Uluan. Siboru Nairing adalah gadis primadona di Uluan, rambutnya bagaikan mayang terurai, bibinya bagaikan delima merekah, pipinya merah merona, pemuda yang melihatnya geleng – geleng kepala terpesona, melihat kecantikan Siboru Nailing yang tidak ada tandingannya.Banyak pemuda dan anak raja ingin meminangnya, tetapi terganjal karena Siboru adalah puteri pingitan yang sudah dijohkan dengan seorang putera Raja dari pulau Sibandang. Siboru Nailing menjadi puteri rebutan, para pemuda yang ingin mempersunting mencari dukun membuat guna – guna mencapai tujuan .Karena banyaknya persaingan Siboru Nailing terkena dorma si Jundai (Dorma Sisunde ) yang sulit diobati. Raja Mangarerak pun mulai gelisah melihat puterinya kena Dorma Sijundai.Pada ketika itu, Raja Silahisabungan datang ke Sibisa mandanghon hadatuon ( Bertanding ilmu ). Berita kedatangan Raja Silahisabungan ke sibisa membuat hati Raja Mangarerak menjadi lega, karena diketahuinya Raja Silahisabungan adalah dukun besar ( datu Balon ) yang dapat menyembuhkan bermacam penyakit. Kemudian Raja Mangarerak memanggil Raja Silahisabungan untuk mengobati putrinya Siboru Nailing. Raja Silahisabungan membuka Laklak Tumbaga Holing untuk melihat petunjuk apa penyebab penyakit itu, lalu berkata : “ penyakit putri raja disebabkan persaingan tidak sehat, setan dan iblis selalu datang menggangu sehingga ia selalu mengigau. Pengobatannya agak lama karena rohnya ( tondika ) sudah ditawan dalam gua. Namunpun demikian, berkat pertolongan tuhan penyakit akan dapat disembuhkan, tetapi apakah upah saya ?” katanya.Raja mangarerak, terkejut mendengar penyakit Siboru Nailing, lalu berkata :” segala permintaanmu akan saya kabulkan asal penyakit puteriku dapat disembuhkan,” katanya dengan Pasrah. Mendengar pernyataan Raja Mangarerak ini,” Raja Silahisabungan mulai mengobati Siboru Nailing. Baru beberapa hari diobati, tanda tanda kesembuhan penyakit Siboru Nailing mulai nampak. Selama Siboru Nailing dalam pengobatan rasa cinta dan kasih sayang bersemi dihati mereka berdua. Dan setelah penyakit Siboru Nailing sembuh, Raja Silahisabungan mengungkapkan rasa Cintanya kepada Siboru Nailing.Siboru Nailing terdiam dan menjawab dalam pandangan, bahwa iapun merasa cinta kepada Raja Silahisabungan, walau pun umur tidak sebaya. Dengan menganggukkan kepala ia menyatakan cintanya.Setelah sembuh, Raja Silahisabungan mengatakan pengobatannya telah usai. Raja Mangarerak merasa gembira dan bermaksud mengadakan pesta Syukuran, sambil membayar hutang kepada Raja Silahisabungan, Raja – raja dan penduduk negeri diundang tanda rasa suka cita.Setelah acara pesta Syukuran selesai Raja Mangarerak menyediakan emas dan uang, lalu bertanya kepada Raja Silahisabungan :” ya, Raja Silahisabungan, penyakit Siboru Nailing sudah sembuh, berapakah upahmu yang saya bayar?” katanya sambil mengambil emas dan uang dari pundit – punditnya. Raja Silahisabungan menjawab :” Raja yang Mulia dan yang saya hormati. Saya tidak butuh uang dan emas, tetapi sesuai dengan perjanjian kita, apa yang saya minta upahku akan raja kabulkan. Rasa kasih sayang selama mengobati, menimbulkan bersemi cinta dihati, kiranya Mulajadi Nabolon dan Raja memberkati, saya tidak meminta upah tetapi aku menginginkan Siboru Nailing teman sehidup semati, katanya dengan hormat.Mendengar ucapan Raja Silahisabungan itu, Raja Mangarerak dan para undangan tercengang karena umur Siboru Nailing masih muda. Raja Mangarerak dan para undangan saling berpandangan, tetapi tidak berani menolak, lalu berkata : “ saya tidak menolak permintaanmu itu tetapi kasihanilah kami dinegeri ini, karena Siboru Nailing telah dijodohkan ( dipaorohan ) dengan putera Raja dari Sibandang : apabila Siboru Nailing kau persunting, negeri ini akan diserang. Pendudukpun akan susah,” katanya minta pengertian.Kemudian Raja Silahisabungan menjawab:” dengke ni sabulan tu tonggina tu tabona, manang ise siose padan tu ripurna tu magona, ( janji harus ditepati, bila dilanggar akan timbul mara bahaya ) mengenai keamanan negeri dan serangan dari raja pulau Sibandang sayalah tanggung jawabnya. Selama saya berada didaerah ini tidak akan terjadi apa – apa, “ katanya meyakinkan.Karena takut menolak permintaan Raja Silahisabungan, raja – raja dan para undanga memberi saran : ” Karena raja Silahisabungan telah memberi jaminan, kita tanyalah putri kita Siboru Nipohan, apakah dapat menerimanya.” Kemudian Raja Mangarerak dan para undangan menanya Siboru Nailing apakah dapat menerima permintaan Raja Silahisabungan itu. Siboru Nailing Menjawab :” ndang simanukmanuk, manuk sibontar andora, ndang sitodo turpuk, si ahut lomo ni roha. Tu ginjang ninna porda tu toru pambarbaran, tu ginjang ninna roha patoruhon do sibaran. Ndang ahu manjua, ala naung marsihaholongon, anggiat dapotan tua, pasu – pasuon ni mulajadi nabolon, katanya bersenandung tanda setuju,Mendengar ungkapan hati nirani Siboru Nailing yang memang sudah mencintai Raja Silahisabungan, Raja Mangarerak dan para undangan pun merasa terkejut karena pernyataan itu merupakan ungkapan hati nurani yang paling dalam. Kemudian Raja Manggarerak berkata :” para undangan yang saya muliakan. Hari ini adalah pesta syukuran dan sekali gus pesta perkawinan puteri kita dengan Silahisabungan, marilah kita memberi berkat ( Mamasu – masu ) semoga Mulajadi Nabolon memberi kebahagiaan, “ katanya kepada raja – raja dan para undangan.Berita perkawinan Siboru Nailing teriar sampai ke pulau Sibandang. Membuat lelaki oroan menjadi marah. Lelaki itu bermaksud akan menuntut balas, tetapi mendengar Raja Silahisabungan yang mempersunting dia menuntut agar dapat menandingi Raja Silahisabungan.Setelah Siboru Nailing mengandung enam bulan, tersiar kabar di Sibisa, lelaki oroan akan datang menuntut balas dengan membawa pasukan ( Parangan ) dari pulau Sibandang ). Mendengar berita itu Raja Mangarerak gelisah dan meminta Raja Silahisabungan membawa Siboru Nailing meninggalkan Sibisa. Tetapi Raja Silahisabungan menjawab :” kampungku sangat jauh amang, tak mungkin membawa isteri dalam keadaan hamil tua. Amang jangan takut dan resah mendengar berita itu. Selama saya berada dinegeri ini tidak akan terjadi apa – apa,”katanya. Mendengar alas an itu Raja Mangarerak tidak dapat memaksakan kehendak.Kemudian raja silahisabungan pergi kebukit Sigapiton untuk membuat penangkal agar musuh tidak boleh dekat.Setelah siboru sinailing melahirkan seorang anak laki-laki, Raja Silahisabungan membuka penangkalnya sehingga pasukan musuh pun sudah semakin dekat.karna pasukan lelaki oroan sudah mengepung daerah Sibisa, Raja mengarerak mendesak agar Raja silahisabungan bersama anak isterinya segera meninggalkan Sibisa. Kemudian Raja Silahisabungan berkata kepada isterinya :” Ibu tersayang, pasukan lelaki oroan sudah mengepung Kampung ini. Mereka berencana akan membunuh saya.Orang tua kita Raja Mangarerrak pun sudah mendesak agar kita segera berangkat, padahal keadaanmui belum mengijinkan. bagaimana kalau saya bersama anak kita lebih dahulu berangkat, kalau kau sudah sehat dan tenagamu sudah pulih, aku akan menjemputmu kembali,katanya membujuk siboru nailing.Mendengar alas an Raja Silahisabungan itu dan memikirkan desakan raja Mangarerak, istrinya Si Boru Nailing menjawab:” Amang boru, Aku sangat mencintaimu dan anak kita ini. Selamatkanlah dirimu dengan anak kita ini, biarlah saya tinggal menanggung derita, ini sebuah cincin ( tintin tumbuk ) kalau anakku ini besar berikan kepadanya pertanda akulah ibu yang melahirkannya, “ katanya dengan terharu sambil menyerahkan Tintin Tumbuk itu. Kemudian Raja Silahisabungan bersama bayi yang baru lahir berangkat meninggalkan negeri setelah pamit dari mertuanya Raja Mangarerak.Sesudah Raja Silahisabungan berangkat, Pasukan lelaki Oroanpun tiba dikampung Raja marerak, lalu bertanya “ dimana sia Boru Nailing dan dimana Lelaki suami itu, biar kubunuh,” kata lelaki oroan itu. Raja Mangarerak menjawab:” siboru Nailing sedang di Perapian ( mandadang) sedang suaminya telah pergi bersama anaknya” lelaki oroan itu merasa sedih dan berkata “ ndang diau be amang, jolmanaung marhamulian, alai tong ma au ingot hamu boru hasian, parjampar diadaran parbagian dibalian, “ katanya sambil merenungi nasib dirinya. Siapakah pemuda oroan siboru nairing itu ?Filed under: Tumaras Ditandai: | Tumaras Bab. V.9

No comments:

Post a Comment

Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.