Wednesday 4 May 2011

Menyoal PDN (Padan Dekke Nanilaean)

Menyoal Padan Dekke Na Nilean 
(antara Silalahi Raja dengan si Raja Tambun)

Persoalan di antara keturunan Raja Silahisabungan tak pernah menemui titik temu, antara Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan (sebagian) si Raja Tambun Versus Silalahi Raja dan (sebagian) si Raja Tambun.

Akar persoalan ini bermula ketika perencanaan pembangunan Tugu Makam Raja Silahisabungan (Tumaras) di Silalahi Nabolak. Pada Mubes II pembangunan Tumaras yang digelar di Silalahi Nabolak pada tanggal 26-28 Agustus 1968 salah seorang utusan Silalahi Raja meminta agar panitia pembangunan mengakui keberadaan marga mereka menjadi anak sulung dari Raja Silahisabungan,  namun ditolak oleh panitia yang berujung marga Silalahi Raja dari Tolping dan Pangururan meninggalkan Mubes. 

Hasil Mubes selanjutnya mengeluarkan turasi dengan berpatokan pada Poda Sagu- Sagu Marlangan, yakni Isteri Raja Silahisabungan ada dua, anaknya 8 orang, dan 1 orang putri Dan sebagai tandingan Tumaras, pihak Silalahi Raja mendirikan Tambak Raja Silahisabungan di Tolping dengan membuat turasi yang berbeda dengan versi Silalahi Nabolak. Dengan membuat prasasti pada makam, isteri Raja Silahisabungan 3 orang, 9 orang anak, dan 2 orang putri
Beberapa perbedaan lain antara Versi Tumaras dan versi Tolping, 

Versi Tumaras:
1. Si Raja Tambun, dibawa oleh Raja Silahisabungan dari Sibisa ke Silalahi Nabolak, yang kemudian disusui oleh isteri Raja Silahisabungan, Pinggan Matio boru Padang Batang Hari dan ikut diasuh oleh putri Raja Silahisabungan, Boru Deang Namora 
2. Silalahi Raja Parmahan merupakan keturunan dari Sondi Raja yang diculik oleh Tuan Sihubil dan dibawa ke Balige untuk mengatasi bencana kekeringan di daerah nya
3. PSSM diberikan oleh Raja Silahisabungan kepada kedelapan anaknya sebelum keberangkatan si Raja Tambun ke Balige untuk mencari tulang nya 
Adapun tujuan diberikan PSSM ini adalah agar 7 orang anak Raja Silahisabungan dari Pinggan Matio boru Padang Batang Hari serta anak dari Siboru Nailing tetap se-ayah dan se-ibu dan agar mereka tidak pernah saling mengawini
Versi Tolping:
1. Si Raja Tambun dibawa oleh Raja Silahisabungan dari Sibisa ke Tolping yang kemudian disusui oleh isterinya Pitta Haomasan Boru Baso Nabolon 
2. Silalahi Raja Parmahan merupakan anak ketiga dari Silalahi Raja yang diculik oleh Tuan Sihubil dan dibawa ke Balige untuk mengatasi bencana kekeringan di daerah nya 
3. Sebagai bahan tandingan PSSM, Silalahi Raja membuat Padan Dekke Na Nilaean (PDN) antara Silalahi Raja dan si Raja Tambun. 
Namun keturunan si Raja Tambun sebagian besar menolak PDN ini.

Beranjak dari PDN, mungkinkah Silalahi Raja bukan keturunan dari Raja Silahisabungan???  (Jawabnya mungkin ….)

Latar Belakang Padan dalam bahasa Batak Toba adalah Saudara, dianggapsemarga karena
diikat oleh padan/ janji (Lk/Pr terhadap Lk/Pr). (menurut http://www.naipospos.net)

Sebagai bahan perbandingan, Padan dalam masa Batak Kuno, hanya terjadi antara dua marga yang berasal dari dua keturunan berbeda 

Contoh:
antara Silalahi Raja Parmahan dengan Tampubolon, Hutauruk marpadan dengan marga Lumbanbatu, marga imanungkalit marpadan dengan marga Banjarnahor, marga Situmeang marpadan dengan marga Lumbangaol, dimana marga- marga yang saling marpadan ini disebutkan sebagai kakak beradik dan tidak saling kawin- mawin.

Didasari pada fakta bahwa hanya sebagian keturunan dari si Raja Tambun yang mengetahui dan meyakini adanya PDN, jadi kemungkinan besar bahwa Silalahi Raja bukanlah anak dari Raja Silahisabungan seperti yang mereka persoalkan selama ini, melainkan karena ikatan padan antara si Raja Tambun dan Silalahi Raja agar menjadi satu bapak dan satu ibu

(Catatan: Tulisan ini bersifat pribadi dan bukan mewakili satu pihak atau satu kelompok)
==============

No comments:

Post a Comment

Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.