oleh  Apul Rudolf Silalahi  pada 16  Agustus 2010  jam 16 :17 UNANG POLA  MARSAOR ANGGO  NA LAHO GABE  GAOR; TUMAGON MA MARSIRANG ANGGO  NA I DO PA RO  SONANG (TAK GUNA BERSATU KALAU  HANYA JADI GADUH; LEBIH  BAIK BERPISAH DEMI  HADIRKAN BAHAGIA)   inti persoalan KELOMPOK  SILAHIRAJA adalah : MERASA DIHILANGKAN dari  DAFTAR ANAK RAJA  SILAHISABUNGAN..; (ini sisi pandang mereka.., dan mereka meyakini  kebenarannya)   sementara bagi yang dia  anggap menghilangkan  tersebut : KELOMPOK SILAHIRAJA  BERUSAHA MENAMBAHKAN  JUMLAH ISTRI; ANAK dan BORU RAJA SILAHISABUNGAN..! (dari sisi pandang TUMARAS  dan PSSM ini juga diyakini  sebagai kebenaran)   Segala macam dalih;  keterangan; turi-turian; fakta;  dsb sudah dikemukakan dan  sudah selalu berusaha  dipatahkan. Kadang sampai  membawa-bawa kelompok  dan marga lain untuk  kepentingan pengakuan. Ada  yang merasa unggul dan ada  yang merasa menang, yang  pasti tak ada yang merasa  kalah.   Kemudian akibat saling klaim  dan merasa saling merasa  benar, maka tercipta serba  dua : 1.  MAKAM ada 2 ( MARAS -  SILALAHI NABOLAK dan  PAROMASAN - SAMOSIR); 2.  BORU LAHI PAROROT  TAMBUN ada 2 ( DEANG  NAMORA dan SIBORU NAULI  BASA); 3.  RAJA PARMAHAN ada 2 ( POMPARAN SONDI RAJA dan  POMPARAN SILAHIRAJA); 4.  PADAN dengan  TAMPUBOLON ada 2 ( dengan  RAJA PARMAHAN dan dengan  SILALAHI RAJA); 5.  TAMBUN didramatisir  supaya ada 2  juga (RAJA  TAMBUN yang berbeda dan  atau sama dengan TAMBUN  RAJA); Muara keseluruhan hal  tersebut ditujukan kemana?  arahkan pandangan dan  tindaklan ke DUNIA NYATA ( REALITA)   ........................................................ ......   Dalih dan dasar yang selalu  dikumandangkan oleh masing- masing pihak untuk  melakukan tindakan  sebagaimana banyak tersaji  dalam bentuk POLEMIK  dibanyak forum, grup dan  kelompok adalah : "SAMA- SAMA MENCARI dan  MENYATAKAN KEBENARAN  YANG HAKIKI" Namun setelah ditelisik secara mendalam dan menyeluruh,  menjadi BIAS; PALSU dan  ibarat IMITASI yang berkilau  namun tak bernilai sama  sekali. Karena ternyata  masing-masing sudah  membawa PLATFORM  KEBENARAN-nya sendiri,  memaksakannya untuk  DIAKUI, seringkali demi  PEMBERLAKUAN  KEMUTLAKANNYA tersaji  sebuah upaya yang SARAT  dengan REKAYASA, bahkan  lebih parahnya lagi sampai  harus menggunakan FITNAH.  Dan saya menamakan  tindakan tersebut dengan  pengistilahan : GELAP MATA -  BUTA HATI - KEPALA BATU ( GM-BH-KB).   Untuk apa semua ini  dilakukan dan terjadi.? Untuk  sebuah PENGAKUAN atas  TAROMBO yang SAHIH, yang  sangat disayangkan tidak  pernah sama-sama disadari  meskipun banyak dari pelaku  semua debat, diskusi atau  apapun itu menunjukkan dan  mengakui kapasitasnya  sebagai orang yang  menjunjung tinggi adat dan  budaya; berpikiran maju dan  berpendidikan tinggi; serta  mapan secara ekonomi;  bahwa : melalui dunia maya ( seperti media FB ini) hal  tersebut TIDAK AKAN PERNAH  DIDAPATKAN. Karena semua  yang ada di dunia maya ini ( mengenai TAROMBO dan  perangkat-perangkat  pendukungnya) tidaklah RESMI sebagaimana di-dunia nyata.  Usaha apapun melalui dunia  maya ini : 1.  TIDAK AKAN PERNAH  MENGHASILKAN SEBUAH  KESEPAKATAN; 2.  PERMINTAAN dan  PENAWARAN TIDAK AKAN  BERLAKU; 3.  MEWAKILI dan PERWAKILAN TIDAK AKAN SAHIH; 4.  FAKTA dan LOGIKA TIDAK  AKAN AKURAT; 5.  SILUMAN BERGENTAYANGAN. WADAH atau FORUM yang  sebenar-benarnya memiliki  kapasitas untuk melakukan  semua itu adalah PUNGUAN  PARSADAAN RESMI dan segala PERSOALAN harus dibawa  kedalam sebuah  MUSYAWARAH untuk sebuah  KESEPAKATAN yang mengikat  SEMUA PIHAK. Dan yakinlah  bahwa jika tidak dengan  demikian semunya akan  PERCUMA dan SIA-SIA.   Dan dari saya pribadi, sejak  awal terlibat dalam interaksi  dengan mereka yang berbeda  pemahaman akan TAROMBO  RAJA SILALAHISABUNGAN ini,  telah mengalami semua hal  yang saya gambarkan diatas.  Yang datang dari orang  dengan jenis; type; status;  sifat; karakter; yang beragam  dan berbeda satu dengnan  lainnya. Saya bersedia dan  berkenaan mengikuti dengan  dasar dan alasan untuk  mencari dan berusaha  menemukan sebuah  permufakatan akan persoalan  yang ada antara saya dengan  mereka. Namun dengan lebih  mengedepankan prinsip- prinsip pemikiran yang  ditopang oleh sifat  kekeluargaan berdimensi  modernitas namun tidak serta merta menghilangkan nilai- nilai luhur yang telah  diwariskan. Saya mencoba  memulainya dengan  mengemukakan beberapa  konsep kearah sana, dan  menuangkannya sebagai jalan dan sarana bagi semua  menyikapinya.   Namun yang terjadi tidak  seperti yang saya pikirkan.  Dimana ternyata yang temui  adalah orang-orang yang cari  pelampiasan untuk  mengeluarkan semua sumpah serapah; dan orang-orang  yang mencari kesenangan  dengan cara menyinggung  perasaan dan menyakiti hati  lawan bicaranya. Dari awal  saya sudah coba beri dan  tuangkan beberapa  pendekatan yang sekiranya  baik untuk dilanjutkan  menjadi sebuah percakapan  yang indah dan berkelanjutan  sampai terlihat dan  terpetakan sebuah sinergi  menyikapi semua persoalan  itu. Namun apa lacur, yang  muncul justru sebuah  bantahan yang sedemikian  rupa, yang menjadi awal  tercipta situasi gugat- menggugat; hujat-menghujat;  fitnah-memfitnah; dan caci  memaki. Sistem interaksi yang ada dan suasana  perbincangan yang tercipta  sudah mengarah pada sesuatu yang sangat buruk dan  mengerikan, sangat kejam  tidak terperikan.   Hilang semua sikap saling  menghargai diganti sikap  saling mencurigai, musnah  sikap saling menghormati  berganti sikap saling  menyakiti. Dan karenak itu  semua, saya tidak melihat lagi ada yang perlu  diperbincancangkan;  didiskusikan; didebatkan; atau  yang harus dipertahankan dan diperjuangkan. Tidak perlu  lagi ada interaksi selama yang terjadi masih seperti-seperti  ini. Semua sudah berubah  menjadi POLEMIK yang sama- sama BENAR dan sama-sama  TIDAK SALAH, namun saling  BERTENTANGAN.   Mari kita kembali dari awal  dan dasar semua itu tadi,  secara jujur dan tulus  tanyakan diri kita sendiri,  untuk apa semua ini? Apakah  kita memperoleh hasil yang  kita ingini? (simpan  jawabannya untuk diri sendiri).   Berangkat dari semua situasi  dan kejadian tersebut, yang  saya lihat masih akan tetap  terus berlanjut, saya  mengambil kesimpulan sendiri dan saya sudah pula  menyampaikannya berkali-kali bahwa : "SOLUSI (jalan pemecahan)  hanya diperlukan oleh sebuah masalah atau persoalan,  tanpa ada masalah atau  persoalan tidak memerlukan  adanya SOLUSI". Dan saya tidak melihat ada  permasalahan pada marga;  silsilah; adat dan budaya yang saya miliki, jalankan dan  yakini. Meskipun ada  sekelompok orang-orang yang tidak berpendapat demikian,  dan mencoba membawa saya  terlibat pada persoalan  mereka, itu murni merupakan  masalah atau persoalan  mereka, bukan saya. Secara  tegasnya adalah, dalam  marga; silsilah; adat dan  budaya yang saya miliki,  jalankan dan yakini, saya  tidak memerlukan dan  membutuhkan sesuatu  apapun dari mereka.  Bagaimana dengan  sebaliknya, itu adalah urusan  dan tanggungjawab mereka  yang saya tidak inginkan  dibebankan kepada saya  melalui cara-cara yang  mereka lakukan.   ........................................................ .......................   REKOMENDASI yang sekiranya  boleh saya berikan untuk  menjadi bahan pemikiran  adalah, ada dua opsi yang  harus dilakukan secara konkrit untuk menghentikan semua  POLEMIK ini.   Pertama : Bahwa semua sajian didunia maya ini, berikut apa  yang mereka perjuangkan  adalah murni persoalan  mereka. Akan menjadi  persoalan bersama apabila  mereka menyampaikannya  secara resmi dan duduk  bersama-sama membicarakan  persoalan yang mereka bawa  untuk disepakati menjadi  sebuah situasi yang menjadi  solusi, namun dengan harus  menerima konsekwensi  berupa nilai tawar dan  elastisitas pemberlakuan ( bukan kebenaran yang sama- sama belum tentu benar)  bersamanya. Karena kalau  masih seperti-seperti ini juga  maka akan kembali ke posisi  semula (BACK TO THE START - MUBES 1967).   Kedua : Bahwa berdasarkan  apa yang mereka nyatakan  dengan TEGAS; KERAS; JELAS;  BERTANGGUNG JAWAB serta  PENUH KEYAKINAN bahwa  TAROMBO mereka didukung  dan diakui secara PENUH dan  MENYELURUH oleh keturunan  (POMPARAN) dari : 1.  ANGGI DOLI SIRAJA TAMBUN; 2.  HULA-HULA RAJA NABOLON; 3.  HULA-HULA TOGA MANURUNG; 4.  HAHANG PADAN TAMPUBOLON; mereka semestinya mampu  membentuk PERSATUAN ( PUNGUAN) TERSENDIRI yang  bersifat BEBAS dan MANDIRI  tidak terikat pada PUNGUAN  yang mereka TIDAK YAKINI ( TENTANG), agar TERLEPAS  dari semua hal yang berbau  KONTROVERSI. Karena  jangankan untuk sekedar  mengumumkan ( MANGHATINDANGHON)  silsilah (TAROMBO)nya,  bahkan untuk membuat  sebuah TUGU sebagai  LAMBANG PERSATUAN, itupun  sudah lebih dari sekedar  TEGUH dan LAYAK TEGAR  BERDIRI. Ketimbang sibuk  mengakal-akali TUMARAS;  PSSM; marga SILALAHI dan  hal-hal lainnya yang  kelompok lain yakini. Serta  nggak perlu lagi  BERGANTUNG pada kelompok  yang selalu mereka selalu  GUGAT dan HUJAT. KENAPA  TIDAK MENCOBA  MEMBUKTIKANNYA?   ........................................................ ...............   Sebenarnya masih ada opsi  ketiga, namun saya tidak  berani merekomendasikannya  demi mengedepankan  KEDAMAIAN dan RASA  KEMANUSIAAN, sekaligus  menghindari segala macam  bentuk KEKERASAN. Dan hal  ini harus DIHINDARI dan  JANGAN PERNAH SAMPAI  TERJADI! Untuk sekedar  memperingatkan saya rasa  perlu disampaikan untuk  MENDAPAT PERHATIAN dan  PEMIKIRAN yang SERIUS dan  TINGKAT TINGGI serta  MENDALAM, yaitu : PEMAKSAAN KEHENDAK  melalui PERTIKAIAN  LAPANGAN menggunakan  KEKERASAN (PERANG  TERBUKA). Seperti HUTU dan  TUTSI; ISRAEL dan PALESTINA;  PKI 1965 ; HKBP 1992 ; TRAGEDI BALIGE 1958 ; dan yang lain  yang sejenisnya.   ........................................................ ...............   Untuk itu semua, kembali  berpulang kepada masing- masing individu yang mana  merupakan bagian dari  masing-masing kelompok,  bagaimana harus  menyikapinya. Jangan  menunggu jatuhnya korban,  baru datang kesadaran.  Tanamkan kedalam diri sendiri rasa tanggung jawab akibat  perbuatan yang kita lakukan,  yang membuat orang lain  menjadi korban. Karena "KESADARAN JAUH  LEBIH PENTING DARI SEBUAH  PENGERTIAN!"   ........................................................ ...............   Salam dan Terima Kasih.   Lippo Cikarang, 17  Agustus  2010 Apul Rudolf Silalahi (Amani  Indy) Suka  ·   ·  Bagikan David Spener Sihombing ,  Timbul Sinurat ,  Lamdor  Silalahi Sihaloho  dan  11  lainnya  menyukai ini. Raja Situngkir Sibagasan   mantaps......... 16  Agustus 2010  jam 16 :21  ·  Suka  ·    Christ Silalahi   Kayak  deklarasi aja tulisan ini...yah... Salut buat ARS..semoga cita2  mu mewujudkan kedamaian di pomparan Raja  Silahisabungan terwujud  segera..mari kita dukung rame rame 16  Agustus 2010  jam 19 :33  ·  Suka  ·    Elwin Silalahi   Laksanakan.. " dalam tempo yang sesingkat- singkatnya"  Jakarta 21  Agustus 2010. 16  Agustus 2010  jam 21 :21  ·  Suka Rizal Silalahi   Merdeka. 16  Agustus 2010  jam 22 :05  ·  Suka  ·    Apul Rudolf Silalahi   hentikan semua debat; diskusi; propaganda; kampanye;  hasutan; gugatan; pokoknya  semua yang berbau interaksi  yang saling menjatuhkan dan  memprovokasi.., urus  kelompok masing-masing  melalui pemberitaan  kebenaran dan keyakinan  masing-masing..! mungkinkah.. ? MERDEKA-kan KELOMPOK  MASING-MASING...! 16  Agustus 2010  jam 22 :33  ·  Suka  ·    Mey Rina Silalahi   Saya  sangat se7  ito. Dari pada  berjumpa hanya u/ saling  mencaci maki dan menghina ( terutama didunia maya) lbh  baik sirang paradatan tapi  saling menghargai  dikeseharian kita. Semoga tdk  ada lagi BERBALAS HINAAN  antara kita semua. GB ALL. 17  Agustus 2010  jam 4 :02   melalui  Facebook Seluler  ·  Suka Henry Raja Situngkir  Sibagasan   amen....... 17  Agustus 2010  jam 9 :06  ·  Suka  ·    Edison Sihaloho   mantapssssssss . 27  Agustus 2010  jam 2 :07  ·  Suka Catatan Apul Rudolf Silalahi 1 orang 1 orang 1 orang 3 orang 1 orang Ekron Silalahi 4 Garama Parraya 1

 
 
No comments:
Post a Comment
Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.