Monday 16 May 2011

Apul Rudolf Silalahi - Marsiadapari (Gotong Royong bergantian)


oleh Apul Rudolf Silalahi pada 09 Agustus 2010 jam 21 :17 MARSIADAPARI DI- HAUMA PARTAGA- HAMBINGAN (gambaran sederhana tentang seia sekata dalam sebuah pekerjaan)

I. PENGERTIAN   MARSIADAPARI adalah sebuah budaya masyarakat batak tradisonal berbentuk arisan gotong royong dalammelaksanakan pengerjaaan lahan untuk bercocok tanam, mulai dari mencangkul (ombak balik), menanam (marsuan), menyiangi (marbabo), sampai dengan memanen (manggotil) . Arisan gotong royong tersebut adalah berupa tenaga dan pengerahannya, dimana secara bergiliran antara peserta akan saling bahu membahu mengerjakan lahan secara bergiliran, tanpa diupah bagi yang mengerjakan dan tanpa mengupah bagi yang empunya pekerjaan, dimana sebagai ganti dari upah dan pengupahan, mereka hanya mengandalkan pengerahan tenaga sebagai bentuk pembayarannya;   HAUMA adalah lahan yang senantiasa diairi (dialiri perairan) yang dimanfaatkan untuk pekerjaan cocok tanam melalui menanam padi. Atau dalam bahasa Indonesianya disebut sawah;   PARTAGA-HAMBINGAN adalah istilah yang jamak digunakan untuk menggambarkan lahan persawahan yang berada pada lereng pegunungan. Lahan tersebut memiliki tingkat- tingkat sedemikian rupa, yang mana sesuai dengan tekstur lereng pegunungan maka lahan yang tercipta memiliki keunikan antara lain : Memiliki banyak pematang pembatas (batange); Ketinggian pematang pembatas antar tingkat, semakin turun kebawah semakin pendek dan rendah, namun semakin panjang; Demikian juga dengan luas area per-pematangnya, pada tingkat atas cenderung sempit dan pendek, semakin turun ke tingkat bawah semakin luas dan semakin panjang;   Keseluruhan hal yang diuraikan diatas, sangat mudah dipahami bagi orang- orang yang pernah mengerjakan atau bekerja sebagai seorang petani ( partani). Namun penulis yakin, meskipun bagi mereka yang tidak pernah memegang cangkul (panggu) selama hidupnya, pasti secara harafiah dapat membayangkannya sehingga mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan dengan : MARSIADAPARI DI-HAUMA PARTAGA-HAMBINGAN.   Sebagai seorang anak yang tumbuh kembang (magodang) di-kampung halaman, penulis sangatlah kental dan melekat dengan budaya tradisional masyarakat batak toba, termasuk salah satunya apa yang dinyatakan sebagai judul tulisan. Terlebih lagi, kampung halaman penulis (dusun bagashuta - desa silalahi dolok - kecamatan balige – tobasa), berada tepat dilereng sebuah gunung yang bernama Dolok Silalahi (bagian dari pegunungan Bukit Barisan). Dan menjadi sempurna, karena kakek penulis ( ompung doli) L. OMPU PAUTAN SILALAHI gelar KOPOROL memiliki areal persawahan yang dikerjakan sebagaimana gambaran yang diterangkan diatas seutuhnya. Areal persawahan tersebut secara rincinya memiliki jumlah pematang sebanyak 27 ( dua puluh tujuh) bidang, mulai dari tingkat paling atas yang berukuran panjang, lebar dan luas kurang lebih 2 , 5 x 2 = 5 m2 ( lima meter persegi) dan tingkat paling bawah kurang lebih 20 x 4 ,5 = 90 m2 ( sembilan puluh meter persegi). Sekaligus juga penulis telah menyaksikan pengerjaan lahan tersebut saat remaja (1985 – 1988) dan melakukan pengerjaannya langsung saat duduk dibangku SMA (1989 – 1991) melalui apa yang jadi topik penulisan, yaitu MARSIADAPARI, meskipun terbatas pada pengerjaan penyiapan lahan dengan mencangkul, mendinding dan menembok pematang (mangombak – manasapi - mamatange) saja.   II. PEMIKIRAN, PERTIMBANGAN, KEPUTUSAN   Berikut penulis mencoba memaparkan situasi berdasarkan pengalaman yang pernah penulis lihat dan alami dari apa yang disebut dengan : “marsiadapari di- hauma partaga-hambingan”, yang sarat makna dan sangat sesuai dengan gambaran aspek kehidupan berkeluarga, berlingkungan dan bermasyarakat pada tingkat sosial dalam peradaban masyarakat suku batak yang tak pernah lepas dari adat dan budaya disetiap kesehariannya dan disetiap aktivitas hidupnya. Termasuk juga didalamnya hubungan kekerabatan antara personal atau kelompok yang bermuasal dari satu leluhur, yang dalam kamus istilah dinyatakan dengan ; “silsilah kekeluargaan turun temurun ( tarombo pomparan na sian sa-ompu)”.Dikarenakan keunikan dari aktivitas marsiadapari dan juga keunikan dari lahan hauma partaga-hambingan ( sebagaimana pengertian yang telah dijelaskan), maka tercipta pula sebuah situasi yang unik setiap kali melakukan kegiatan : “ marsiadapari di-hauma partaga-hambingan” dimaksud. Hal ini terjadi akibat korelasi antara pelaku dan pekerjaan (subject and- or-with object) menerapkan metode, sistem dan mekanisme pengerjaan itu sendiri, bagaimana seharusnya dan dengan pertimbangan apa, demi tujuan yang sudah pasti yaitu menyelesaikannya dengan sempurna.   Ada empat metode dan sistem pengerjaan yang penulis ketahui, yaitu :   A. MEMULAI DARI TINGKAT PALING ATAS   Suatu waktu dimana saat penulis masih sebatas menyaksikannya, pernah adik dari bapak penulis ( amanguda/bapauda bernama SUTAN AMANI NOVA SILALAHI) beserta grup-nya yang terdiri dari 5 ( lima) orang, mereka menerapkan metoda dan sistem pengerjaan dengan memulai dari tingkat paling atas lalu berurutan ketingkat bawahnya. Hal sedemikian dilakukan dengan pertimbangan pemikiran bahwa : 1 . Memulai dengan menyelesaikan yang luas pematangnya lebih sempit yang secara otomatis akan lebih cepat selesainya jumlah hitungan per-pematang; 2 . Tidak terlihat adanya perbedaan kekuatan, teknik dan pengalaman antar pelaku, termasuk juga peralatan yang digunakan. Tertutupi oleh kebersamaan dan irama hentakan, dimana nilai lebih salah seorang anggota tim mampu menutupi kekurangan rekan setimnya, yang dalam istilah ekonomi sekarang disebut dengan subsidi silang; 3 . Tidak ada rasa jenuh, karena semua dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi. Sambil mengayunkan cangkul, masing-masing berkesempatan bercerita tentang pengalaman, sesekali disertai candaan dan tak jarang tertawa secara bersamaan; 4 . Saat tiba waktunya berhenti dikarenakan datangnya senja (botari), seberapa banyak jumlah pematang yang sudah selesai lebih banyak dari yang belum, dan dapat lebih diperhitungkan untuk melanjutkan pada keesokan harinya, dan; 5 . Jalan menuju pulang sedikit mudah dan singkat karena telah turun dari saat awal memulainya; Keesokan hari saat melanjutkannya, mereka konsisten dengan metode dan sistem yang sama, sampai akhirnya selesai dalam waktu 3 ( tiga) hari;   B. MEMULAI DARI TINGKAT PALING BAWAH   Saat duduk dibangku SMA kelas 1 , kegiatan marsiadapari penulis lakoni sendiri dengan secara langsung mewarisi dari kelompok sebelumnya. Bersama dengan abang penulis (Daniel Amani Grace Silalahi) dan lima teman lainnya, kami membentuk satu grup marsiadapari sehingga dengan demikian total keanggotaan kelompok sebanyak 7 orang.   Berbeda dari metode dan sistem sebelumnya, pada saat itu kami bersepakat untuk memulai pengerjaan dari tingkat paling bawah untuk selanjutnya secara teratur naik per-tingkat ke atas, dan itu disepakati dengan pertimbangan : 1 . Mendahulukan yang lebih luas dan lebih butuh waktu dan konsentrasi, dengan demikian semakin ketingkat atas waktu dan luas lahan yang akan dikerjakan lebih cepat hitungan per-pematangnya; 2 . Pada tahap awal-awal pengerjaan biasanya semangat dan etos kerja masih tinggi, sehingga sangat tepat diarahkan untuk pengerjaan yang cenderung menggunakan waktu lebih lama; 3 . Semakin naik ke-pematang tingkat atas, semangat semakin bertambah dikarenakan pengerjaan per- pematang semakin cepat dan singkat, ada tumbuh keinginan untuk segera menyelesaikannya; 4 . Sama situasinya dengan metoda memulai dari atas, tidak ada rasa jenuh, karena semua dapat saling berinteraksi dan berkomunikasi. Sambil mengayunkan cangkul, masing-masing berkesempatan bercerita tentang pengalaman, sesekali disertai candaan dan tak jarang secara bersamaan tertawa; 5 . Dan keesokan hari saat melanjutkannya, perhitungan waktu pengerjaan lebih akurat dan waktu yang dimiliki lebih dapat diatur sedemikian rupa, dapat diperoleh selingan tambahan sesi berisitirahat, ( sebelumnya satu kali pada kisaran pukul 3 , menjadi 2 kali atau lebih sesuai akurasi perkiraan); Lahan tersebutpun terselesaikan dalam waktu 2 ( hari) hari saja.   C. MEMULAI DARI TINGKAT TENGAH-TENGAH   Pernah juga terpikirkan untuk mencoba variasi dan alternatif lain selain kedua metode sebelumnya, yaitu berupa memulai pengerjaan dari tengah-tengah keseluruhan jumlah pematang. Namun hal ini tidak pernah jadi dilakukan karena pertimbangan : 1 . Tidak dapat dipastikan titik tengah dari lahan berada pada pematang yang mana; 2 . Tidak memiliki keteraturan dan akan cenderung melemahkan semangat dan niat bekerja; 3 . Tidak memiliki akurasi perkiraan waktu yang tepat dalam penyelesaian; 4 . Akan menciptakan kesimpang- siuran pemikiran dan pemahaman, apakah tim harus dibagi dua dalam kelanjutannya, dengan ketentuan separuh dari tim melanjut keatas dan separuhnya melanjut kebawah, dan hal in jelas akan menimbulkan saling bantah, saling tuding dan yang pasti akan menampakkan perbedaan kekuatan, teknik dan pengalaman antar pelaku, termasuk juga peralatan yang digunakan. 5 . Kelanjutan selanjutnya tidak bisa dibayangkan, ada yang akan merasa superior sehingga merasa memiliki hak untuk dituruti, dan ada yang akan menutupi rasa inferiornya melalui cara-cara yang tidak terpuji, sebagaimana sifat asli invidual orang batak (halak hita). Dengan alasan dan kejadian yang sangat memungkinkan untuk terjadi sebagaimana dinyatakan tersebut, maka metode seperti ini tidak pernah kami lakukan. Dan saya yakin karena alasan yang sama, generasi sebelum- sebelumnya juga tidak pernah melakukan hal yang sama.   D. KOMBINASI MEMULAI DARI TINGKAT PALING ATAS DAN TINGKAT PALING BAWAH   Dalam kebiasaan pertanian di daerah TOBA HOLBUNG ( penulis tidak tahu persis apakah didaerah lain juga berlaku), terutama pada masa-masa sebelum dikenalnya istilah ekstensifikasi dan intensifikasi pertanian (proyek swasembada pangan masa pemerintahan presiden SOEHARTO), pengerjaan dan pengaturan masa tanam sampai dengan masa panen hanya berlaku sekali dalam setahun. Namun demikian, didaerah saya bertumbuh kembang, ada juga yang melakukan pengerjaan tersebut untuk masa dua kali panen dengan ketentuan : bahwa yang pokok adalah masa tanam awal tahun dan masa panen pertengahan tahun, ditambah lagi ( meskipun tidak harus selalu, namun sering juga dilakukan) selingan berupa masa tanam pertengahan tahun untuk masa panen akhir tahun. Dalam bahasa daerah saya, hal tersebut dinyatakan dengan istilah “ MARSITALOLO” yang secara harafiah dalam bahasa Indonesia dapat diartikan : mencari keuntungan tambahan memanfaatkan masa luang yang tersedia. Hal ini dilakukan karena kebiasaan orang kampung merayakan “ari pesta”, yaitu saat Natal dan Tahun Baru. Dimana pada saat-saat tersebut, telah membudaya tradisi serba baru, mulai dari kaos kaki dan sepatu sampai dengan celana dan baju, tak lupa juga bagi tiap keluarga dan rumah tangga mempersiapkan penganan berupa dodol dan kombang loyang, untuk disuguhkan pada setiap tamu. Ari Pesta ( Natal & Tahun Baru) memanglah saat bagi masyarakat BATAK untuk saling mengunjungi dan menjaga tali silaturahmi antara tetangga (dongan sahuta) dan antara sanak family (sisolhot manang tondong), hal ini sudah menjadi semacam konsensus tak tertulis yang tetap lestari hingga saat ini, bahkan kebiasaan ini terbawa-bawa sampai kedaerah perantauan yang jauh diluar kampung asal (tano parserahan).   Pada tahun 1990 , penulis atas izin dan dukungan dari orangtua, ditambah keinginan merayakan ari pesta dengan sedikit meriah, membentuk satu grup marsiadapari yang tetap terdiri dari 7 orang, yang memiliki keinginan yang sama sebagaimana yang penulis uraikan sebelumnya. Dikarenakan situasi bukan seperti biasanya, ditambah dorongan jiwa muda yang penuh keinginan mencoba menemukan variasi dan metode yang baru serta berbeda dari yang sudah ada, maka kami memutuskan untuk melakukan pengerjaan lahan melalui pemecahan grup menjadi dua kelompok, yang mana kelompok I terdiri dari 4 orang (amani grace salah satunya) disepakati untuk memulai pengerjaan dari tingkat paling bawah; dan kelompok II terdiri dari 3 orang (termasuk penulis didalamnya) memulai pengerjaan dari tingkat paling atas.   Belum lagi datang santapan siang, persoalan sudah mulai mengemuka. Dimulai omongan kecil dari salah seorang anggota kelompok II ( freddy silalahi yang memiliki keunggulan tenaga dari seluruh peserta, saat ini kabarnya berdomisili di minas – riau), yang berceloteh kecil mengatakan : “kita sudah selesai tiga tingkat pematang, sementara mereka sepertiganya pun belum ada!” Meskipun omongan itu tidak digubris anggota lainnya, namun telah menciptakan suasana yang kurang nyaman.   Saat santapan untuk makan siang tiba, dengan lantang dia berteriak kepada yang membawanya : “bawa keatas sini saja makanannya, biar mereka yang naik!” Padahal sebenarnya, jalan menuju hauma partaga hambingan tersebut “berpintu masuk” dari tingkat paling bawah. Dan tak bisa menahan dorongan hatinya, saat makan dia dengan ketus berkata : “sudah kayak bebek kalian yang dibawah itu, kami dengan ber- tiga sudahpun menyelesaikan empat tingkatan pematang, sementara kalian sudahpun ber-empat tapi masih hanya menyelesaikan sepertiga dari satu pematang!”. Tiba-tiba semua menjadi hening dan membisu seketika. Hilang sudah indahnya interaksi melalui percakapan sekaligus kesempatan bercerita tentang pengalaman, sesekali disertai candaan dan tak jarang tertawa secara bersamaan.   Sementara dia masih saja mengomel dan berkeluh kesah, tak tahan amani grace mengomentarinya dengan berkata : “sekarang begini saja kawan, gantianlah kami yang dari tingkat paling atas, supaya kau paham perbedaannya, supaya kau tahu bahwa sebenarnya sama hasil yang telah kita kerjakan, jangan cuma pandang dari sisimu saja, itu tidak adil!”Tak tahu bagaimana prosesnya dan tak pasti siapa yang memulai, yang terjadi berikutnya adalah adu fisik antara mereka berdua ( kebetulan seumuran atau sebaya). Nasi beserta lauk pauknya yang seharusnya menjadi santapan tak lagi bisa dibedakan dengan percikan lumpur yang berhamburan akibat mereka berusaha saling menjatuhkan ( marsiranggutan). Dan pada akhirnya semua meninggalkan pekerjaan dan pulang kerumah dengan hati, perasaan dan pikiran yang tak karuan.Pekerjaan menjadi terhenti dan lahan menjadi terbengkalai (tarulang), secara otomatis “marsitalolo” pun batal demi adat. Efek selanjutnya, “ari pesta” akan diisi dan diikuti dengan memakai barang yang lama. Lebih kedepannya lagi “ marsiadapari” menjadi momok yang menakutkan bagi grup kami yang tadinya sangat serasi, saling mendukung, saling melengkapi dan saling memenuhi. Sungguh sesuatu yang sangat disesalkan.   Semenjak kejadian itu sampai dengan saat ini, penulis tidak lagi pernah melakukan kegiatan : “marsiadapari di- hauma partaga-hambingan”!   III. PENUTUP   Meskipun saat ini sudah memasuki zaman peralihan ke teknologi modern dan mutakhir, dimana untuk urusan pengerjaan lahan berupa “mangombak balik” sudah dilakukan dengan memakai mesin pengolah bernama “quick-boxer 1000” ( taraktor kata orang kampung) , namun tetap saja ada hal- hal yang tidak dapat dikerjakan oleh mesin tercanggih sekalipun, yang masih harus memakai metode konvensional dan tradisional, salah satunya adalah : “ hauma dipartaga-hambingan”. Karena keunikan yang dimilikinya, tidak dapat dikerjakan menggunakan kecanggihan peralatan, dimana : “jumlah tingkat - tinggi tingkat – luas sempitnya pematang – panjang banyaknya pematang” tidak memungkinkan bagi “ taraktor” untuk mengerjakannya.   Hidup seiring perjalanannya adalah sebuah PILIHAN, dan pilihan yang dihadapkan kerap merupakan sesuatu yang tidak diinginkan. Secara individual dan pribadi, manusia dengan keberagaman sifat, sikap dan prinsipnya cenderung memiliki perbedaan dalam menentukan pilihan akan sebuah situasi dan kejadian yang ada. Jalan yang paling mudah dan yang pasti paling “murah” adalah memilih APATIS atau tidak perduli dan tidak mau tahu. Namun perlu disadari dan dipahami, bahwa hidup dalam perjalanannya selalu menghadapi PERUBAHAN. Perubahan tidak akan pernah bisa DIHINDARI atau DIALIHKAN, dia hanya bisa DITENTANG atau DITERIMA, bagi mereka yang mencoba menghindari tidak akan beroleh tempat untuk berdiri dan tak akan mendapatkan apapun untuk dinikmati. Maka dari itu teguhkan hati mantapkan diri mohon pertolongan ILAHI untuk menetapkan pilihan " MENENTANG" atau " MENERIMA!"   Dan “hauma dipartaga- hambingan” yang diuraikan pada tulisan ini, masih membentang disana, yang oleh “ompung doli” penulis diwariskan kepada adik perempuan dari ayahanda ( namboru Flores nai Linggom na marhamulian tu marga Lumbantoruan sian Lintong Nihuta)   .……………………………………………………………………….   Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.(Keluaran 18 : 18)   ……………………………………………………………………….   Lippo Cikarang, 10 Agustus 2010   Apul Rudolf Silalahi (Amani Indy) Suka · · Bagikan Rizal Silalahi , Anton Haloho , Raja Niantan Silalahi dan 17 lainnya menyukai ini. Jhon Sihaloho mantap do bah, lam malo do uda na di jakarta i ate. nga boi dikirim on tu majalah nang koran 09 Agustus 2010 jam 21 :45 melalui Facebook Seluler · Suka · Huntal Tambunan Bah poang,salut do au manjaha tulisan mu on,mudah2 an tetap boi berkarya melalui tulisan2 untuk menuangkan pemikiran demi kemajuan Bangsa dan Negara khususnya ke pomparan ni SILAHISABUNGAN. 09 Agustus 2010 jam 21 :48 melalui Facebook Seluler · Suka · Apul Rudolf Silalahi jhon.., dia ma dalan ni partondian na lam tu denggan-na.., dia ma sibahenon asa parpunguan lam tu ture-na.., ido na ikkon niula.., DA-I-DO abang..? sai tu aha marsigosaan sai hira naung jago.., hape na ro maoto.., ha..ha..ha.., nga boi manucci piring borutta i..? ummahon jo sian ahu da..! 09 Agustus 2010 jam 21 :49 · Suka Bp Alden Sihaloho Perkelahian kerap kali terjadi karena salah pengertian atau tidak saling memahami satu sama lain, Kalau saja kedua group itu mau bertukar tempat pekerjaan nya perkelahian pasti tidak akan terjadi. Bisa jadi lahan yang di bawah tanah nya l .. . Lihat Selengkapnya 09 Agustus 2010 jam 22 :30 · Suka · Demson Sihaloho Mauliate di tulisanmon anggia! Gabe tarsunggul tu rohangku na MARSIADAPARI ( MARSIDAPARI) hami di tano parserahan (pangarantoan) uju i dihami sesama batak! 09 Agustus 2010 jam 22 :33 melalui Facebook Seluler · Suka · Freddy Tambunan LumbanPea holan jempol ma sian au ate... 09 Agustus 2010 jam 23 :21 melalui Facebook Seluler · Suka · Sampe Silalahi Sian au pe jempol ma bah! 09 Agustus 2010 jam 23 :27 melalui Facebook Seluler · Suka · Tommy Hansen Silalahi gabe masihol tu sidempuan " mardege" ... jempol 2 sian tano pangarattoan bah!!!... sai horas di hita saluhutna... amen.. 10 Agustus 2010 jam 0 :15 · Suka · Maudinsinurat Batumamak Mantaff...nang pe so hea ni ulahon..nga boi niantusan sude..Horasma.. 10 Agustus 2010 jam 1 :14 · Suka · Anton Tambun Aha ma naeng hu komen?mandok mauliate ma iba,amang...nga di kupas secara tajam..hea do au mambege songon on,alai dang pola tangkas jala hurang tajam kupasan na..saonari nga binoto be...mauliate ma sahali na i.Horas jala gabe.. 10 Agustus 2010 jam 7 :37 melalui Facebook Seluler · Suka · Nagosituel Dalan Tu Mual lelengngai dope ra passiun lakkam ate amang ni indy? asa ho na manjaga mual on muse! otikkan nai nama huida hahuranganmu, pajagahu! jolma nuaeng dang olo be mamakke tibba, langsung nama didok rohana pakke tao2 i dapotan aek diduddung dohot tanganna! 10 Agustus 2010 jam 9 :06 · Suka · Horas Tambunan Musuh sekalipun akan diam2 mengakui manfaat tulisan ini.. .. 10 Agustus 2010 jam 10 :24 melalui Facebook Seluler · Suka · Nagosituel Dalan Tu Mual dang piga songon hamu na boi maddadap na nimaksudna ale amang horas najogi! 10 Agustus 2010 jam 10 :27 · Suka Sipayung Oke Juga ‎:) ... " bukan abu-abu"... ya amanguda . untuk dapat berdiri harus katakan "ya" atau "tidak"..... bagas nai.... ah tahe.... 10 Agustus 2010 jam 11 :54 · Suka · Sihaloho Muda Sabungan di hata, sabungan di panuratan, na busuk jala na boi inganan panungkunan ni angka poparanna sude. Ima amanguda niba pop ni Raja i Raja Parmahan.. mauliate ma. . 10 Agustus 2010 jam 17 :58 · Suka · Ramses Tambun Mauliate ma abang, gabe taringot iba disihadakdanahon dohot parngoluan na ujui di huta. Saonari "marsiadapari" di angka holong dohot tangiang nama hita sian luatta be. Horas ma sai Tuhanta ma namandongani jala masu- masu hitadi ganup inganan dohot ulaonta be. Horas...!!! 11 Agustus 2010 jam 5 :54 · Suka · Sigop M. Tambunan Mauliate bah abang di tulisan mu i, au pe gabe taringot uju i naparsidapari di hutangku Sigotom-Pangaribuan. Jala tradisi si songoni do hulala na membentuk karakterhu..molo boi nian, namarsidapari on ma nian mangingani bangso naung marsahit .. . Lihat Selengkapnya 12 Agustus 2010 jam 8 :37 · Suka · Raja Niantan Silalahi saudara-saudaraku Pomparan Raja Silahisabungan sekalian, menyimak dan menganalisa catatan saudaraku Apul Rudolf Silalahi ini, sangat mengesankan! ayo kita tentukan bersama, memulainya dari atas dari bawah secara bersama-sama! pasti pekerjaan .. . Lihat Selengkapnya 12 Agustus 2010 jam 22 :38 · Suka · Jesben Rikey Leonard Silalahi ‎@apul , bagus sekali paparannya , mudah2 an tulisan ini memberikan inspirasi bagi kita khususnya pomparan silahi sabungan , untuk tetap bisa menjaga ikatan persaudaraan , bagaimana bersosialiasi dan lainnya dan tahapan ini juga untuk membentuk karakter seseorang ketika dia sdh melalui tahapan ini , Really I Like this, tq brother 20 Agustus 2010 jam 17 :52 · Suka · Marlin Tambunan Mantapnai karyani Abangon sai anggiatma nian unang sala mangantusi hita asa unang sai lalap di hauma partagahambingan luhut Popparan ni Opputta Silahisabungan alai tatelusuri ma liat portibion bahkan molo boi tu luar angkasa .Hehehe... asa molo menurut au tumagonma marsiranggut asa unang lalap di hauma partagahambingan i. Horas jala mauliate. 10 September 2010 jam 21 :39 · Suka · Edward Silalahi keren notes- nya....terimakasih sudah me- tag...appara....:) 23 Maret jam 12 :09 · Suka Marihot Silalahi Banyak makna yg kusuka dr tulisan diatas,, hikmah dr perkelahian tersebut banyak hal yg kita ambil,, terkadang memang, kita memandang pola pikir natua tua najolo, kolot, tdk efesien, tp itulah biasanya yg terbaik,, horasss, thanx amang 23 Maret jam 23 :39 · Suka 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 2 orang 1 orang 1 orang 1 orang Ekron Silalahi 4 Garama Parraya 1 Joe Frizer Sipayung

No comments:

Post a Comment

Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.