Friday 20 May 2011

Apul Rudolf Silalahi - Marga Silalahi dan Marga Turunannya

marga "SILALAHI"
dan cabang-cabang
marga turunannya
(sebuah analisa dan
tinjauan logis akan
fakta yang ada)
Pertama-tama perlu
kita pahami bersama
bahwa marga adalah
sebuah nama
keluarga yang
diwariskan secara
turun temurun untuk
hubungan
kekerabatan yang
didasarkan pada
pertalian darah,
kelompok dan
persamaan wilayah.
Di Indonesia sendiri
yang masyarakatnya
terdiri dari berbagai
suku dan terbagi
dalam beberapa
kelompok dan
wilayah, banyak sekali
ditemukan
penggunaan marga
yang didasarkan pada
banyak patokan dan
hal yang
menunjukkan sebuah
hubungan
kekerabatan.
Contohnya pada
masyarakat suku
jawa, penggunaan
marga hanya terbatas
pada kelompok dan
golongan ningrat atau
pewaris tahta
kerajaan. Sementara
bagi masyarakat suku
dayak di pedalaman
Kalimantan, marga
justru membedakan
sub-suku antara
kelompok yang satu
dengan yang lainnya
dalam satu induk
suku yang sama. Ada
pula marga pada suku
minang, yang mana
marga dipakai oleh
satu keturunan yang
berasal dari pertalian
darah yang uniknya
justru berasal dan
diturunkan melalui
garis darah
perempuan (ibu) atau
dalam istilah ilmiah
disebut dengan
matriliniar.
Di lingkungan
masyarakat suku
BATAK, yang terdiri
atas sub suku : Toba;
Simalungun; Karo;
Pakpak; Mandailing
dan Angkola, marga
menunjukkan
hubungan
kekerabatan yang
didasarkan pada
pertalian darah yang
berasal dari satu
leluhur yang sama
dan diwariskan
melalui garis darah
laki-laki atau dalam
istilah ilmiah disebut
dengan patriliniar.
Meskipun demikian,
pada masyarakat
BATAK tidak secara
otomatis tingkatan
marga menyatakan
dan atau
menggambarkan
kesamaan tingkatan
generasi, banyak
dijumpai situasi
dimana dari satu
leluhur yang sama
sering didapati lahir
beberapa marga yang
baru yang secara
otomatis menjadi
sub-marga yang
disandang
sebelumnya.
Ditambah perbedaan
unsur kedekatan,
keteguhan dan
kekompakan antara
satu kelompok marga
dengan kelompok
marga lainnya, baik
yang bermuasal dari
satu leluhur yang
sama ataupun yang
berbeda
mengakibatkan
banyak timbul
perdebatan dan
silang sengketa
memandang sistim
dan norma yang ada
dalam hubunbgannya
dengan ketentuan
adapt dan budaya.
Seperti misalnya
ketentuan kawin
mengawini antara
marga yang
bermuasal dari satu
leluhur (beda marga
namun satu asal
leluhur), dimana bagi
kelompok yang satu
masih
mempertahankan
larangan untuk hal itu
sementara bagi
kelompok lainnya
adalah lumrah.
Nama marga pada
masyarakat batak
didapatkan dari
banyak hal dan
keadaan, tidak
berpatokan pada satu
ketentuan. Hal ini
dapat kita ketahui
dari keterangan dan
fakta yang ada
sebagaimana kita
temui sehari-hari,
antara lain :
Ada yang berpatokan
pada nama leluhur
muasal yang langsung
secara bulat-bulat
dijadikan marga oleh
keturunannya,
seperti : Sagalaraja
untuk marga Sagala;
Toga Simamora untuk
marga Simamora;
Simbolontua untuk
marga Simbolon; dan
banyak contoh
lainnya. (mohon
diperhatikan bahwa
kata : Raja; Toga; Tua
adalah gelar yang
merupakan
penghormatan atas
kehormatan yang
ditunjukkan dan
diimplementasikan
oleh yang
bersangkutan selama
masa hidupnya, ada
juga gelar lain seperti
Guru dan Tuan)
Ada yang berpatokan
dari nama kampung
(huta atau lumban)
yang dibuka oleh
leluhurnya untuk
dijadikan
permukiman, yang
mana menandakan
marga yang dipakai
menunjukkan
muasalnya, seperti :
Hutapea (kampung
yang memiliki mata
air sehingga
menciptakan lahan
yang selalu kelihatan
ber-air); Lumbangaol/
Hutagaol (kampung
yang memiliki banyak
sekali tanaman
pisang); Hutatoruan/
Lumbantoruan
(kampung yang
terletak pada dataran
yang lebih rendah
dari kampung lainnya;
dan beberapa contoh
lainnya.
Ada yang berpatokan
dari kedudukan atau
urutan persaudaraan
dalam keluarga, yang
mana kata yang
menunjukkan
kedudukan atau
urutan tersebut
digunakan sebagai
marga oleh
keturunannya,
seperti : Siahaan
(berasal dari kata
haha yang artinya
adalah abang,
Siahaan mengartikan
si-abang-an); Silitonga
(dari kata tonga yang
artinya tengah,
Silitonga artinya
berada ditengah
antara abang dan
adik); Siagian (berasal
dari kata anggi yang
artinya adik, siagian
mengartikan si-adik-
an); dan masih ada
beberapa lainnya.
Ada yang berpatokan
dari sebuah kejadian
tertentu yang tengah
berlangsung, yang
mana kata yang
menggambarkan
kejadian tersebut
digunakan sebagai
marga bagi
keturunannya,
seperti : Sianipar
(berasal dari kata sian
taripar yang artinya
dari seberang);
Tampubolon (berasal
dari kata Tampuk Na
Bolon yang artinya
adalah Batang atau
Pokok yang Besar);
Napitupulu (dari kata
pitupulu yang artinya
tujuh puluh); dan
beberapa contoh
lainnya.
Selain ke-empat
patokan tersebut, ada
beberapa marga yang
mendasarkan
pemakaian marga
bagi ketrunannya
yang masih belum
dapat terdefinisikan
(setidaknya bagi
penulis hingga saat
ini), seperti :
Simanjuntak;
Panjaitan; Sitorus; dan
beberapa marga
lainnya.
Penggunaan marga
SILALAHI bagi
pemakainya
menunjukkan bahwa
yang bersangkutan
adalah keturunan
(pomparan) RAJA
SILAHISABUNGAN
yang bermuasal dari
kampung yang
bernama SILALAHI
NA BOLAK dan
berhadap-hadapan
dengan TAO
SILALAHI.
Sebagaimana
pengakuan yang telah
dinyatakan melalui
kesepakatan (dos ni
roha) segenap
keturunannya melalui
pembangunan dan
peresmian TUMARAS,
yang saat ini selalu
dipestakan setiap
tahunnya dengan
ketentuan pelaksana
secara bergiliran dari
keturunan ke-delapan
anaknya yaitu :
LOHORAJA;
TUNGKIRRAJA;
SONDIRAJA;
BUTARRAJA;
BARIBARAJA;
DEBANGRAJA;
BATURAJA dan
TAMBUNRAJA.
Perhatikan kata yang
dijadikan sebagai
marga, yaitu SILALAHI
yang berasal dari kata
Silahisabungan,
sebagaimana juga
kata Silau untuk
marga Malau;
Tampuk Na Bolon
untuk marga
Tampubolon; Sian
Taripar untuk marga
Sianipar; Sihahaan/
Sianggian untuk
marga Siahaan/
Siagian, hal ini
menunjukkan tidak
ada nilai mutlak yang
mengharuskan bahwa
kata muasal harus
secara bulat-bulat
dijadikan kata akhir
yang dipakai sebagai
marga. Maka untuk
itu tidak ada alasan
absolut dan
keharusan yang
melarang penggunaan
kata Silalahi sebagai
marga bagi keturunan
Silahisabungan,
setidaknya seluruh
masyarakat batak
dari semua kalangan
marga mengetahui
dan memahami hal ini
secara wajar, normal
dan awam seperti
mengetahui dan
memahami asal
muasal marga lainnya.
Adapun keinginan
sekelompok pihak
yang enggan
menerima keadaan
tersebut, dan dengan
segala cara berusaha
memaparkan
kesenjangan dan
keanehan akan
normalitas dimaksud,
semata-mata
didasarkan pada
keinginan untuk
mencaplok dan
menguasai
kemegahan dan
kebesaran marga
Silalahi (yang telah
dibentuk, dibangun
dan senantiasa
dipertahankan dan
diperjuangkan dengan
penuh integritas,
loyalitas dan militansi
secara bersusah
payah saling
mendukung dan
saling menguatkan
satu dengan lainnya
secara
berkesinambungan
selama ratusan tahun
oleh segenap
keturunannya), hanya
demi mendapatkan
pengakuan
sebagaimana
rekayasa yang telah
mereka ciptakan dan
selalu mereka
pertahankan tanpa
menyadari bahwa
mereka sendirilah
yang pada
hakekatnya semakin
terpojok dan
terisolasi dan
akhirnya akan hilang
tanpa arti.
Marga SILALAHI yang
berasal dari SILALAHI
NA BOLAK tersebut
selanjutnya
melahirkan beberapa
marga lain dari
keturunannya yang
tersebar ke berbagai
daerah. Marga-marga
tersebut antara lain :
Sihaloho;
Situngkir; Sipayung;
Sipangkar;
Rumasondi;
Rumasingap;
Naiborhu; Sinurat/
Doloksaribu/
Nadapdap;
Sidabutar; Sinabutar;
Rumabolon;
Ambuyak;
Rumatungkup;
Sidabariba;
Sinabariba;
Sidebang; Sinabang;
Pintubatu; Sigiro;
Tambun; Tambunan;
Sunge; Daulay;
Baruara; Lumbanpea;
Lumbangaol; Pagaraji.
Selain itu :
keturunannya yang
merantau dan
bermukim di wilayah
Karo, umumnya
memakai marga
Sembiring. Namun
demikian dari 19
cabang marga
sembiring yang ada,
secara fakta ditemui
dan diyakini hanya
marga-marga
sembiring berikut
yang termasuk
kedalam kelompok
marga SILALAHI,
yaitu : KELOKO;
KEMBAREN;
SINULAKI;
SINUPAYUNG;
BOSUK; DEPARI;
PELAWI.
keturunannya yang
merantau dan
bermukim di wilayah
Simalungun,
umumnya memakai
marga SIPAYUNG.
keturunannya yang
merantau dan
bermukim di wilayah
Mandailing dan
Angkola, umumnya
memakai marga
DAULAY.
keturunannya yang
keluar dari silalahi na
bolak dan menyebar
ke daerah sekeliling
pakpak ada juga yang
bermargakan
KALOKO dan yang
lain umumnya
memakai marga
TURGAN.
soara na jou-jou sian
balian. tarbege tu
saluhut pardihuta..,
parroha na togu do
raja silahisabungan,
gabe situtu do
pomparanna..!
Lippo Cikarang, 26
April 2010
Apul Rudolf Silalahi
Suka · Komentari ·
Bagikan
Lamdor Silalahi
Sihaloho , Jonnedi
Haloho, Jhony Silalahi
Sihaloho Sinaborno
dan 21 lainnya
menyukai ini.
Inverno Marihot
Sidebang two tumbs
up to abang!~
26 April 2010 jam
16:00 · Suka
Nikson Silalahi
Haloho MANTAP
SURANTAP.
26 April 2010 jam
16:34 · Suka
ZulhaniSevtin
Boerhan Tambunan...
masuk cabangnya
ndak ????
26 April 2010 jam
17:06 · Suka
Apul Rudolf Silalahi
jenk.. sudah tahu aku
maksud dan arah
pernyataanmu..,
whua..ha..ha.., ketik
RAY kirim ke 9288
untuk vote RAY
TAMBUNAN..! (jangan
dikecek-an yang ciek
lai tu jenk)
26 April 2010 jam
17:14 · Suka
Indah Sari mantap
pak. HIDUP marga
SILALAHI !!! dirumah
ada 3 !!!
26 April 2010 jam
18:10 · Suka
Sonni Golfried S
Silalahi Bisa jg suatu
sebutan marga itu
tercipta karena
kebiasaan org/
masyarakat
memanggilnya.
Seperti contoh :
Tambun yang berasal
dr Porsea merantau
ke Laguboti dan org/
masyarakat Porsea
menyebutnya
Tambun-an jika
ditanya Tambun
mana. Bisa saja
o... Lihat Selengkapnya
26 April 2010 jam
19:17 · Suka
Apul Rudolf Silalahi
fakta pendukung ini..,
sebagaimana yang
diketahui seluruh
marga-marga yang
ada.., yang secara
langsung
berhubungan dengan
Raja Silahisabungan
ataupun yang tersiar
melalui cerita dari
mulut ke mulut..,
mulai dari daerah
sekitarnya sampai ke
... Lihat Selengkapnya
26 April 2010 jam
19:25 · Suka
Maudinsinurat
Batumamak
Mantaffff
26 April 2010 jam
21:57 · Suka
Henry Raja
Situngkir Sibagasan
mantapss juga
26 April 2010 jam
22:05 · Suka
Samudra Silalahi
juga mantaf!
27 April 2010 jam 9:27
· Suka
Nikson Silalahi
Haloho Sekali lagi M
A N T A P K A L I B O
A H H.
27 April 2010 jam
10:55 · Suka
Jhony Silalahi
Sihaloho Sinaborno
hapur nai...
27 April 2010 jam
15:08 · Suka
Clarus Silalahi
Sistematis dan
logis...salut and
mantap bo....Ngaboi
dibukuhon i.
So..jangan ragu lagi
menggunakan
"SILALAHI" demi
kejayaan ni oppui
(SILAHISABUNGAN)
27 April 2010 jam
19:26 · Suka
Sonni Golfried S
Silalahi Kenapa
kepada 7 turpuk dan
Tambun yang
dibagikan warisan
tanah wilayah di
Silalahi Nabolak ?
Kenapa ikut Tambun
padahal dia tidak
beranak cucu di
Silalahi Nabolak ?
Jawabnya :
...Lihat Selengkapnya
27 April 2010 jam
22:58 · Suka
Sipayung Oke Juga
Hrs Amanguda ARS..
review neh....
Apa berita dari Bona
Taon Pomparan Raja
Bunga-bungan alias
Raja PArmahan
Silalahi kemaren... ??
28 April 2010 jam
11:29 · Suka
Apul Rudolf Silalahi
horas abang hoga..,
adong do diposting di
grup Raja Bunga-
Bunga gelar Raja
Parmahan Silalahi..,
mengenai hasil
partangiangan i..!
28 April 2010 jam
11:35 · Suka
Tims Sitanggang
Santabi molo siat
pangidoan.
Boha do sasintona
(godang versi) asa
gabe adong marga
Silalahi di huta nami
Pangururan dohot
sekitarna. Molo
adong catatan ni
angka hula-hulaku
boi do di japri tu
emailhu. Mauliate
13 Juli 2010 jam 18:37
· Suka
Akun
Catatan Apul
Rudolf
Catatan
Tentang Apul
Rudolf
Catatan
Teman
Catatan
Halaman
Catatan Saya
Draf Saya
Catatan
tentang Saya
Catatan Apul
Rudolf Silalahi
Tambahkan
sebagai teman
Suka
F

No comments:

Post a Comment

Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.