Monday 11 April 2011

Cerita Hatoban ni si Boru Nailing

KETURUNAN BEKAS BUDAK SIBORU NAILING DAN RAJA SILAHISABUNGAN (SEBAGAIMANA DIKISAHKAN SEBAGAI BERIKUT !!)

Saat Tambun memasuki usia pra-remaja, ibunda Siboru Nailing dipenuhi rasa ingin tahu akan situasi dan perkembangan putranya. Hal ini menyebabkannya uring2an tak hendak makan dan selalu bermuram durja. Ayahanda Raja Nairasaon yang melihat dan merasakan hal tersebut menanyakannya,dan setelah mengetahui penyebabnya maka dia mempersilahkan Siboru Nailing berangkat disertai para pasukan penjaga ke Silalahi Nabolak untuk melihat dan bertemu dengan cucu luarnya tersebut

Namun ternyata Siboru Nailing berpikiran lain, dia tak ingin kedatangannya justru membawa hal-hal yang kurang menyenangkan didalam Keluarga Besar Raja Silahisabungan, ditambah martabat sebagai seorang Boruni Raja sangatlah tabu untuk melakukan hal tersebut. Situasi ini membuatnya berada dalam posisi dilematis antara keinginan yang menggebu menjenguk dan mengetahui keadaan putranya dan perasaan jengah serta menjaga kehormatan dirinya terlebih ayahnya yang seorang raja.

Hari demi hari berlalu dan keadaan tidak semakin baik bagi Keluarga Besar Raja Nairasaon, semua pikiran dikerahkan mencari solusi untuk mengatasi persoalan itu, termasuk menanyakan pendapat para penasehat dan ahli pikir yang ada.

Disaat semua dilanda frustasi dan rasa putus asa, seorang hamba sahaja yang sehari-hari bekerja sebagai pengurus keperluan sehari-hari Siboru Nailing memberikan sebuah masukan. Dia menyarankan bagaimana seandainya dia pergi secara diam-diam ke Silalahi Nabolak tanpa sepengetahuan Raja Nairasaon dan Raja Silahisabungan sendiri dan bukan sebagai utusan. Dan dia akan menjumpai Silahisabungan sebagai seorang yang mencari pekerjaan, dalam situasi itu dia dapat mengamati dan mengetahui keadaan Tambun Raja secara keseluruhan, untuk kemudian setelah dua kali masa panen akan pulang dan memberitahukan hasil pengamatannya.

Akhirnya si hatoban berangkat ke Silalahi Nabolak dan sampai disana sesuai yang direncanakan bekerja sebagai pangarupi pangulaon di keluarga Raja Silahisabungan. Saban hari dia bekerja sembari tak pernah lepas melakukan pengamatan terhadap anak bungsu raja silahisabungan. Sesekali saat jedah dan saat selepas bekerja dia menemui Tambun Raja dan berbincang-bincang seperlunya.

Namun lama kelamaan hal ini menjadi perhatian bagi semua abang-abang Tambun Raja dan merekapun mulai mencurigainya. Kecurigaan tersebut dipicu oleh adanya perubahan sikap Tambun Raja yang seolah-olah merasa lain dari abang-abangnya. Bahkan terkadang adik bungsu mereka itu berani membantah omongan abangnya, dan mau berkata-kata kasar dalam berbincang dengan abang-abangnya tersebut. Kemudian mereka melaporkannya kepada Raja Silahisabungan mengenai perubahan sikap Tambun Raja dan kedekatannya dengan salah seorang pekerja. Mendengar hal ini Raja Silahisabungan yang sangat mengasihi Tambun Raja segera melakukan investigasi dan dengan ilmu yang dimilikinya dia dapat melihat bahwa demi menjaga dan memproteksi Tambun Raja dari perkembangan yang tidak sewajarnya, jalan satu-satunya adalah dengan mengusir si pekerja dari rumah dan kampungnya.

Setelah diusir dari Silalahi Nabolak sihatoban merasa bersalah karena tujuan kedatangannya tidak seperti yang direncanakan, dan dia bahkan merasa ikut andil merusak keharmonisan hubungan kekeluargaan dalam Keluarga Besar Raja Silahisabungan dia enggan kembali ke Sibisa dan dipenuhi rasa ketakutan akan akibat yang mungkin dia terima karena gagal menjalankan misi yang dia sendiri mengusulkannya, selain itu dia merasa hidupnya akan selalu tertekan karena statusnya yang hanya seorang budak, sementara keinginan hatinya sangat kuat untuk bebas dan hidup layaknya seorang Raja atau Keturunan Raja.

Setelah sampai di Samosir akhirnya dia memutuskan akan menetap di sana. Dan kepada orang-orang yang menanyakan tentang siapa dirinya dia mengatakan bahwa dia bernama Silalahi Raja dari Kampung Silalahi. Dan dia merasa bersyukur terbebas dari status hatoban karena situasi ini.
Hingga akhirnya dia menikahi seorang perempuan Boru Simbolon dan beranak cucu sampai saat ini di Samosir nauli.

Sementara itu di negeri Sibisa, setelah masa dua kali panen sang hatoban tidak kembali, tetap ditunggu sampai masa panen berikutnya tetap tak kembali, akhirnya Siboru Nailing merasa dia telah ditipu secara mentah-mentah oleh hatobannya sendiri. Akhirnya dia menceritakan hal tersebut kepada itonya Toga Manurung yang sangat menyayangi dan memperhatikannya. Dan mereka berkesimpulan bahwa si hatoban hanyalah mencari jalan lepas dari statusnya dan mendapat berkah atas kejadian ini.

No comments:

Post a Comment

Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.