Tuesday 12 April 2011

KEBERADAAN SILAHI RAJA DILIHAT DARI BIUS TOLPING

Jauh sebelum lahirnya Bius Tolping, negeri Tolping merupakan bagian dari Bius Ambarita, yang dikuasai oleh keturunan Naiambaton (Parna).

DARI BIUS TOLPING SAMPAI KE PARBABA , SAMOSIR.
Menyimak komposisi marga-marga yang secara sah mendiami tanah Tolping diketahui bahwa mereka adalah marga-marga pendahulu yang mendiami negeri tersebut. Itu sebabnya mereka disebut dengan SIPUKKA HUTA dalam satu BIUS. Kelompok BIUS adalah pemangku sah akan tanah-tanah di seluruh bius (negeri) tersebut. Dan ini bukan sembarang , karena pembentukan satu BIUS dilakukan dengan sakral dan terhormat.
Komposi marga-marga SUHUT di ranah [golat] Tolping , Ambarita Samosir, dikuasai oleh campuran berbagai marga, di antaranya : Raja Bona ni Ari (marga Sihaloho), Raja Pande Nabolon (marga Silalahi), Raja Panuturi (marga Silalahi), Raja Panullang (marga Sigiro), Raja Bulangan (marga Sidabutar – Nai Ambaton), Raja Pangkombari ( marga Siallagan). Perlu dicatat juga bahwa sebeumnya negeri TOLPING merupakan bagian dari bius Ambarita, setelah sekian waktu kemudian mereka membentuk bius tersendiri. Keberadaan Siraja Tolping tidak termasuk dalam komposisi Bius Tolping.

Pertanyaannya, jika bukan kebohongan belaka, lalu dimanakah Siraja Tolping Silalahi saat Horja Bius Tolping Ambarita dilakukan ?

Asal mula marga Silalahi di Tolping diawali dari yaitu keturunan keturunan Raja Partada. Raja Partada ialah anak dari Bursokraja dari hasil pernikahannya dengan Boru Sianturi, Raja Muara (Catatan red. : Bursokraja adalah yang meninggalkan Silalahi Nabolak dan sebelumnya merantau ke Panguruan dan menikahi putri Simbolon Tuan. Bursokraja juga menamai dirinya Ompu Sinabang alias Ompu Lahisabungan). Sampai saat ini, makam / tambak Ompu Lahisabungan ada di Dolok Paromasan ( tanah pebukitan khusus tempat pekuburan ) di Pangururan , Samosir. Keturunan Raja Partada kemudian memakai Silalahi. Sejak Horja Bius Tolping pula, maka saat ini, dari Tolping Ambarita sampai ke Parbaba , Buhit, Pasir Putih dan Pangururan, marga-marga keturunan Raja Silahisabungan sejak itu telah mendiami sepanjang pesisir daerah Samosir ini. Selain di Tolping, Busokraja juga memiliki seorang anak di Pangururan dari hasil pernikahan Bursokraja dengan seorang putri (Boru Simbolon), yaitu Sipantang yang juga memekai marga Silalahi. Konon keturunan Sipantang juga memakai marga Silalahi yang turun temurun menjadi Raja Parboruon puak Simbolon di Pangururan.

DARI BIUS SITOLU HAE DI PANGURURAN, SAMOSIR
Demikian halnya di Pangururan. Kelompok BIUS di Pangururan Samosir, keberadaan marga Silalahi tidak termasuk dalam kategori marga suhut. Hal ini terlihat jelas dari posisi marga Silalahi yang hanya sebagai Raja Parboruon diantara marga Raja Tanah (Partano Golat) atau marga Suhut ni huta di negeri Bius Pangururan. Disebut Sitolu Hae Horbo , awalnya menyatakan keberadaan 3 marga Sipungka Huta negeri Pangururan, yaitu marga : Naibaho, Sitanggang dan Simbolon. Dari marga tanah ( suhut ni huta ) inilah kemudian terbentuk Raja Partali dari marga-marga pendatang yang menjadi bagian (parboruon) marga Suhut ni huta , misalnya : Dari marga Naibaho, dibentuk Raja Partali Naibaho yang terdiri dari marga Siahaan, Hutaparik, Sitangkaran, Sidauruk, dan Siagian. Sedangkang marga Sitanggang, dibentuk Raja Partali Sitanggang, Sigalingging, Malau, dan Sinurat. Kemudian dari marga Simbolon, dibentuk Raja Partali Simbolon, Tamba, Nadeak, dan Silalahi.

( Perhatikan : Pada fase ikatan Bius Sitolu Hae di Pangururan, posisi marga Silalahi dan Sinurat adalah sama / selevel ). Artinya Silalahi adalah satu generasi dengan Sinurat, yaitu cicit Raja Silahsabungan.

Fakta ini membuktikan status kekerabatan antara marga Silalahi dengan marga Simbolon di Bius Pangururan, dimana mempoisikan tingkat (hanya karena sebagai boru / pendatang) dari marga Silalahi di Bius Pangururan, hal ini karena marga Silalahi adalah pendatang di Bius Pangururan dan juga hanya sebatas menjadi Boru dari Simbolon Tuan saja! Ini artinya tidak semua marga Simbolon memiliki hubungan kekerabatan (tutur) Boru kepada marga Silalahi di Pangururan.

Selain itu, pada Horja Bius Sitolu Hae dapat kita perhatikan ada marga Sinurat dan Silalahi (keduanya keturunan Raja Silahisabungan ). Kita tau bahwa marga Sinurat merupakan generasi (cucu ) dari Raja Parmahan Silalahi di Toba, Balige. Artinya, Sinurat dan Silalahi sebagai pendatang ( boru ) di Pangururan adalah fakta dalam fase waktu yang bersamaan. Silalahi Tidak lebih dulu ada di Pangururan, karena Bius Sitolu Hae merupakan pengukuhan keberadaankaum/marga di ( Bius ) Pangururan. Hal ini juga jelas bahwa keturunan Simbolon Tuan yang mengakui keberadaan Silalahi sebagai Boru Sihabolonan klan Simbolon di Pangururan, bukan Raja Silahisabungan, sebagaimana “kebohongan” yang sering dikatakan kelompok Silalahi Raja.

Jelaslah sudah , ini adalah relevansi dan dasar pernyataan bahwa Raja Silahisabungan tidak pernah berdiam atau tinggal di Pangururan Samosir atau di Tolping Ambarita. Keberadaan marga Silalahi di kedua negeri ini adalah dimulai oleh keturunan Raja Silahisabungan dari Silalahi Nabolak. Lagi pula, sebahagian besar keturunan Raja Silahisabungan di Tolping / Pangururan bukan kalangan Silalahi saja. Keturunan Raja Silahisabungan tetap mengakui TAROMBO RAJA SILAHISABUNGAN (2 Istri dan 8 anak keturunannya) sebagaimana di Bona Pasogit, Silalahi Nabolak.

No comments:

Post a Comment

Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.