Monday 11 April 2011

Pembahasan Kisah Raja Silahisabungan

SILAHISABUNGAN AYAH DARI LOHO RAJA,
TUNGKIR RAJA, SONDI RAJA, BUTAR RAJA,
BARIBA RAJA, DEBANG RAJA, BATU
RAJA, TAMBUN RAJA DAN DEANG
NAMORA ADALAH ORANG YANG
BERBEDA DENGAN SILAHISABUNGAN
AYAH SILALAHI RAJA.

Dalam tulisan ini Raja Silahisabungan
patokan hitungan sebagai generasi
pertama. Tarombo umumnya
berawal dari legenda dan tona, tetapi
dapat diterima karena didukung ada
fakta dan bukti hidup dari dahulu
hingga sekarang maupun ke waktu
yang datang. Tetapi bila seseorang
atau sekelompok menyatakan
Tarombonya atau kelompoknya
hanya berdasarkan turi-turian, tona
apalagi dialog khayal maka
cenderung sepihak memaksakan dan
berujung akan ditolak.
Banyak keturunan Raja
Silahisabungan nama sama tetapi
orangnya dan hidup sebagai generasi
yang berbeda, seperti di bawah ini.
Loho Raja mempunyai 2 orang anak
yaitu si Naborno dan si Napuran.
1. Loho Raja (generasi ke-2) anaknya
yang pertama si Naborno (generasi
ke-3) tidak sama dengan si Naborno
(generasi ke-6) di Parbaba anak
Baba Raja (generasi ke-5).
2.Loho Raja (generasi ke-2) anaknya
yang kedua si Napuran (generasi
ke-3) tidak sama dengan si Napuran
(generasi ke-6) di Parbaba anak
Baba Raja (generasi ke-5).
Si Baba Raja keturunan Loho Raja
generasi ke-5 pemilik golat dan huta
luas di Parbaba-Samosir (pada bulan
Juni 2007 sebagian lahan keturunan
Baba Raja ini dipakai untuk acara
pesta Simbolon sedunia). Si Baba Raja
mempunyai anak laki-laki [3] orang
yang pertama si Naborno, kedua si
Napuran dan ketiga si Napitu. Tulisan
ini sekaligus untuk mengkonfirmasi
anak Baba Rajalah 3 orang
sedangkan Loho Raja adalah 2 orang.
Pemberian nama si Naborno dan si
Napuran oleh Baba Raja adalah goar
mangulahi mengingat opungnya si
Naborno dan si Napuran yang dia
tinggalkan di Silalahi Nabolak.
Anaknya yang ketiga si Napitu juga
mengingat ada keturunan [7]
opungnya Loho Raja sampai Batu
Raja marhaha-maranggi di Silalahi
Nabolak, Tambun Raja sudah pergi ke
Sibisa.
Silalahi Siraja Parmahan keturunan
Sondi Raja yang dicuclik suruhan
Tuan Sihubil dari Simartaja-Silalahi
Nabolak dan setelah dirajahon
menjadi anak Tuan Sihubil mendapat
golat sangat luas di Balige. Siraja
Parmahan di Balige mempunyai
anak laki-laki [4] orang berturut-turut
dia namai Sihaloho, Sinagiro,
Sinabang dan Sinabutar.
1. Sihaloho (Loho Raja) generasi ke-2
anak Raja Silahisabungan tidak sama
dengan Sihaloho anak Silalahi Siraja
Parmahan (Balige)
2. Sigiro (generasi ke-3) anak Batu
Raja (generasi ke-2) tidak sama
dengan Sinagiro (Sigiro) anak Silalahi
Siraja Parmahan (Balige)
3. Sidebang generasi ke-2 anak ke-6
Raja Silahisabungan tidak sama
dengan Sinabang (Sidebang) anak
Silalahi Siraja Parmahan (Balige)
4. Sidabutar generasi ke-2 anak ke-4
Raja Silahisabungan tidak sama
dengan Sinabutar (Sidabutar) anak
Silalahi Siraja Parmahan (Balige).
Pada generasi Siraja Parmahan
diculik suruhan Tuan Sihubil, orang
yang bernama Sihaloho, Sinagiro
(Sigiro), Sinabang (Sidebang,
Sinabutar (Sidabutar) hanya ada di
Silalahi Nabolak tidak ada ditempat
manapun termasuk di Tolping atau di
Pangururan. Keturunan Siraja
Parmahan Sihaloho, Sinagiro,
Sinabang, Sinabutar di Balige marga
kesatuannya Silalahi. Apa alasan
Siraja Parmahan menamai ke-4
anaknya dengan nama-nama opung
dan saudaranya yang dia tinggalkan
di Silalahi Nabolak dan apa alasan
keturunan Siraja Parmahan marga
kesatuannya Silalahi karena
opungnya Siraja Parmahan lahir dan
berasal dari Silalahi Nabolak ? Yang
berhak menjawab adalah keturunan
Siraja Parmahan, jangan ada pihak
luar berinisiatif ngarang cerita khayal
atau tarombo mengkait-kaitkan jadi
tambah runyam.
Sengaja penjelasan 6 nama sama
tapi orang yang berbeda diatas
disodorkan, supaya memberi
kesimpulan awal kepada pembaca
terhadap isi penjelasan lebih lanjut
dibawah ini. Harus dihargai kegigihan
banyak pihak memperbincangkan
Tarombo Raja Silahisabungan dan
memamfaatkan teknologi Internet
untuk menyebarluaskannya. Harus
juga diacungi jempol sudah menjadi
adat keturunan Raja Silahisabungan
demikian holong marinang jala
somba marhula-hula seperti dapat
dibaca dalam berbagai tulisan dan
tanggapan di bang ’s loho WebBlog
maupun WebBlog lainnya. Tapi debat
dan penjelasan Tarombo Raja
Silahisabungan terutama berapa
jumlah istrinya, siapa istri
pertamanya dan siapa anak
sulungnya makin tidak proporsional
karena pihak-pihak yang melibatkan
diri memberikan penjelasan dan
mempertahankan apalagi
mendesakkan pandangan hanya
mendasarkan dasar tona dan cerita
khayal termasuk tulisan TUMARAS.
Kadang dalam benak bertanya
bagaimana para penulis atau
pendongeng ini dapat menuturkan
suatu dialog orang yang hidup pada
400 tahun lebih yang lalu. Tona
hanya dapat diterima kalau
didukung fakta dan bukti yang hidup,
nyata dan dapat dikonfirmasi.
Keturunan kita kelak tidak akan mau
buang-buang waktu bahas dan
apalagi bersitegang mendasarkan
tona. Biarlah nantinya anak kita bila
saling jumpa dan bilang opungku
Raja Silahisabungan Makam dan
Tugunya di Silalahi Nabolak dan
sebaliknya ada yang sebut opungku
Raja Silahisabungan Makamnya di
Dolok Parmasan-Pangururan, kedua-
duanya benar dan tidak perlu
dipertentangkan karena Raja
Silahisabungan yang dimaksud
mereka adalah orang yang berbeda.
Tulisan Abdullah Silalahi, SH
bertanggal 5 Maret 2003 dengan
judul KEBERADAAN MARGA
“ SILALAHI” DALAM SILSILAH
SILAHISABUNGAN disebarluaskan
melalui Internet secara lengkap
maupun penggalan serta penjelasan
oleh perorangan marga Silalahi Raja
dan sebagian keturunan Tambun
Raja ”Versi Tolping”. Disisi lain ada
keterangan keturunan Loho Raja,
Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar
Raja, Dabariba Raja, Debang Raja,
Batu Raja dan sebagian Tambun Raja
(” Versi si-8 Turpuk”) maka menjadi
relevan dengan judul diatas.
Menjadi jelas terang dan dapat
menjadi pegangan bagi keturunan
Raja Silahisabungan anak ke-3 Tuan
Sorbadibanua bahwa Silahisabungan
ayah Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi
Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja,
Debang Raja, Batu Raja, Tambun Raja
dan Deang Namora adalah orang
yang berbeda dengan Silahisabungan
ayah Silalahi Raja karena didukung
perbedaan seperti diuraikan dibawah
ini antara lain:
1. Rute Perjalanan Raja
Silahisabungan sampai ke Silalahi
Nabolak.
Versi si-8 Turpuk : Lumban Gorat-
Balige, Laguboti, balik arah menuju
Bakara, Siogung-ogung, Aek Rangat,
Tulas, Bonandolok, Hasinggan, Dolok
Sulusulu, Dolok Lahi dan Huta Lahi di
Silalahi Nabolak.
Versi Tolping: Lumban Gorat-Balige,
Laguboti, Sibisa, Tolping, Parbaba,
Paropo ke Silalahi Nabolak.
Bagi peminat peta, luangkan
waktumu membandingkan rute
perjalanan ini.
2. Huta Awal Milik Raja
Silahisabungan
Versi si-8 Turpuk : Silalahi Nabolak
semuanya adalah golat dan tanah
ulayat keturunan si-8 turpuk, Tao
Silalahi naso hahabangan lali
terdapat dalam peta dibuat Belanda,
budaya Gondang Silalahi, Ulos Silalahi.
Di Silalahi Nabolak semua si-8 Turpuk
sama-sama mempunyai golat. Nama
golat Tambun Raja adalah
Panambunan luas melebihi Lumban
Silalahi di Tolping atau di Pangururan.
Versi Tolping: Tolping, tetapi Tolping
bukan seluruhnya atau sebagian
besar golat dan tanah ulayat
keturunan Silalahi Raja tetapi hanya
Lumban dan tidak ada golat Tambun
Raja/Tambun Raja.
3. Istri Pertama Raja Silahisabungan
Versi si-8 Turpuk: Pinggan Matio boru
Padang Batanghari (boru Matanari ?,
baca tulisan Antony Matanari)
Versi Tolping: Pintahaomasan
(awalnya) boru Simbolon, berubah
menjadi Boru Nabolon
4. Jumlah istri Raja Silahisabungan
Versi si-8 Turpuk: 2 (dua) orang yaitu
Pinggan Matio boru Padang
Batanghari (boru Matanari ?, Antony
Matanari) dan Si Melengeleng boru
Mangarerak.
Versi Tolping: 3 (tiga) orang yaitu
Pintahaomasan boru Nabolon,
Pinggan Matio Padang Batanghari
dan Si Melengeleng boru
Mangarerak .
5. Jumlah Anak dan Anak Sulung Raja
Silahisabungan
Versi si-8 Turpuk: 8 (delapan) orang
yaitu dari istri pertama Pinggan Matio
boru Padang Batanghari yaitu Loho
Raja (anak sulung), Tungkir Raja,
Sondi Raja, Dabutar Raja, Dabariba
Raja, Debang Raja, Batu Raja dan
perempuan Deang Namora serta
Tambun Raja dari istri kedua Si
Melengeleng boru Mangarerak
Versi Tolping: 9 (dua) orang anak laki
yaitu dari istri pertama
Pintahaomasan boru Nabolon yaitu
Silahi Raja atau Silalahi Raja (anak
sulung), dari istri kedua Pinggan
Matio boru Padang Batanghari yaitu
Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi Raja,
Dabutar Raja, Dabariba Raja, Debang
Raja, Batu Raja dan perempuan
Deang Namora serta Tambun Raja
dari istri kedua Si Melengeleng boru
Mangarerak. Kemudian sejak bulan
Juni 2007 terpahat di Tambak di
Dolok Parmasan-Pangururan anak
Pintahaomasan boru Nabolon sudah
bertambah menjadi [2] yaitu Silalahi
Raja dan Siboru Marihan.
6. Ibu Yang Menyusui dan
Membesarkan Tambun Raja
Versi si-8 Turpuk: Pinggan Matio boru
Padang Batanghari (boru Matanari,
Antony Matanari) di Silalahi Nabolak
Versi Tolping: Pintahaomasan boru
Nabolon (sekarang) di Tolping
7. Pemberangkatan Tambun Raja ke
Sibisa
Versi si-8 Turpuk: Dari Simanampang-
Silalahi Nabolak setelah Raja
Silahisabungan melangsungkan
upacara penyampaian Poda Sagu-
Sagu Marlangan di Simanampang-
Maras, Silalahi Nabolak kepada ke-8
anaknya.
Versi Tolping: Setelah Raja
Silahisabungan melangsungkan
upacara penyampaian Poda Sagu-
Sagu Marlangan di Simanampang-
Maras, Silalahi Nabolak kepada ke-8
anaknya, kemudian setelah Tambun
Raja tiba di Tolping dan selang
berapa lama Pintahaomasan boru
Nabolon melangsungkan upacara
Padan Dengke Nilaean kepada Silahi
Raja dan Tambun Raja barulah
Tambun Raja berangkat ke Sibisa.
Namarpadan/ber-ikrar biasanya
berlainan marga dan bukan nasaama
(Silahi Raja dan Tambun Raja tidak
saama maksudnya ?)
8. Penyebab Kematian Raja
Silahisabungan
Versi si-8 Turpuk: Umur sudah saur
matua, kehendak Tuhan, parmate ni
Raja
Versi Tolping: Kepergian Tambun
Raja, membuat Raja Silahisabungan
sangat sedih dan marah (martombo)
serta bersumpah memilih mati dan
dikubur bukan di Silalahi Nabolak dan
bukan pula di Tolping (ndang
pangalaho ni raja)
9. Makam Raja Silahisabungan
Versi si-8 Turpuk: Di huta Lahi di
Silalahi Nabolak huta napinungkana
(Raja ibana, tano podoman pe
antong tohonan ni Raja ma),
Versi Tolping: Di Dolok Parmasan di
Pangururan di tanah asing bersama
banyak orang lain yang tidak jelas
(leanai ate molo Raja Silahisabungan
abang kandung ni Siraja Oloan do
ibana). Bila Raja Silahisabungan yang
dimaksudkan adalah abang kandung
si Raja Oloan berarti amangtua
kandung Naibaho, dapatkah
demikian tega Naibaho membiarkan
amangtua kandungnya yang punya
kisah perjalanan dan sapardangolan
dengan bapaknya Siraja Oloan?
10. Silalahi Siraja Parmahan
Versi si-8 Turpuk: Adalah pahompu
Sondi Raja yang diculik suruhan Tuan
Sihubil dari Simartaja-Silalahi Nabolak
Versi Tolping: Adalah anak bungsu
Silahi Raja (bernama Siraja Bunga-
bunga) yang diculik suruhan Tuan
Sihubil dari Tolping.
Perjalanan Silahisabungan dari Balige
Tuan Sorbadibanua (Naisuanon) dari
istri pertama mempunyai anak
pertama Sibagotnipohan, kedua
Sipaetua, ketiga Silahisabungan,
keempat Sirajaoloan dan kelima
Siraja Hutalima. Sibagotnipohan
anaknya yang pertama bernama
Tuan Sihubil dengan marga
keturunannya antara lain
Tampubolon. Anak kedua bernama
Tuan Somanimbil dengan marga
keturunannya Siahaan, Simanjuntak
dan Hutagaol. Anak ketiga Tuan
Dibangarna dengan marga
keturunanya antara lain Panjaitan,
Silitonga, Siagian dan Sianipar.
Anaknya yang keempat bernama
Sonak Malela dengan marga
keturunannya antara lain
Simangunsong dan Marpaung
Sejarah atau tarombo Batak
mencatat Sipaetua, Silahisabungan
dan Sirajaoloan bersepakat
meninggalkan saudara mereka
Sibagotnipohan di Lumban Gorat-
Balige karena tersinggung dan marah
kepada abangnya Sibagotnipohan
menyelenggarakan pesta tidak
menunggu kedatangan Sipaetua,
Silahisabungan dan Sirajaoloan yang
ditugaskan mencari “Haudolok
borotan”, “Jujung buhit panganak ni
borotan (hiasan borotan) dan
“ Hotang dauarsa tali-tali ni sitogu
horbo” ke hutan belantara dalam
rangka pesta “mangaliat horbo
santi”.
Dalam perjalanan Sipaetua,
Silahisabungan dan Sirajaoloan
meninggalkan Lumban Gorat-Balige
tanah kelahiran mereka, Sipaetua
memilih tinggal dan menetap di
Laguboti dengan keturunannya
marga Hutahaen, Aruan, Hutajulu,
Sibarani, Sibuea, Pangaribuan dan
Hutapea. Jarak Laguboti dan Lumban
Gorat-Balige masih jarak dapat
dipandang mata, konon walaupun
Sipaetua tersinggung kepada
abangnya Sibagotnipohan tetapi
tidak ada amarah dan sumpah.
Silahisabungan dan Sirajaoloan dari
Laguboti balik arah melanjutkan
perjalanan menyusuri dataran dan
gunung sejajar pantai Danau Toba
melewati Bakara dan terus ke
Siogungogung-Pangururan. Di
Siogung-ogung Sirajaoloan akhirnya
memilih tinggal dan kawin di
Pangururan mempunyai anak
Naibaho dan Sihotang. Naibaho
adalah marga Bius Sitolu Hae Horbo
(marga pemilik tanah dan kerajaan)
di Pangururan hingga sekarang ini
bersama Simbolon dan Sitanggang.
Siogungogung tidaklah subur, tetapi
natural beauty tiada bandingannya,
karena dari Siogungogung dengan
mata memandang dapat melihat
liuk-liuk danau toba songon pangeal
ni dengke namangolu yang dlindungi
hutan hijau Bukit Barisan dan
dipayungi dolok Pusut Buhit.
Sirajaoloan kemudian meninggalkan
Pangururan menuju Bakara
(mendekat Balige) kawin lagi
mempunyai anak Sinambela, Sihite,
Manullang dan Bakara. Jarak
Siogungogung apalagi Bakara
dengan Lumban Gorat-Balige masih
dapat dipandang mata. Sama halnya
Sirajaoloan walaupun tersinggung
kepada abangnya Sibagotnipohan
tetapi tidak ada amarah dan sumpah
padanya.
Dari Siogungogung Silahisabungan
masih melihat asap api di Lumban
Gorat-Balige. Silahisabungan karena
amarahnya kepada Sibagotnipohan
bersumpah dan berketetapan “soara
ni takkem naso jadi begeonku jala
timpul/timus ni apim naso jadi
idaonku, gari lampak ni pisangku
molo martudu tuho ingkon
tampulonku ” Silahisabungan
meneruskan perjalanan menyusuri
daratan dan gunung sejajar pantai
Danau Toba dengan arah supaya
tidak melihat asap api di Balige.
Silahisabungan dan Sirajaoloan yang
sapardalanan-sapardangolan
sebelum berpisah di Siogungogung
bersepakat berkomunikasi dengan
sarana alam yaitu apabila Sirajaoloan
ada ulaon atau kejadian penting agar
memberitahukan kepada
Silahisabungan dengan membuat
asap api, demikian Silahisabungan
akan melakukan hal yang sama dari
huta yang dipilihnya.
Rute perjalanan Silahisabungan dari
Siogungogung adalah Aek Rangat,
Tulas, Bonandolok, Hasinggan, Dolok
Sisulusulu, Dolok Lahi (bukan melalui
Parbaba apalagi Paropo) dan tinggal
di Huta Lahi di Silalahi Nabolak huta
asal-muasal (bonapasogit) seluruh
keturunan Silahisabungan dari anak-
anaknya yaitu Loho Raja, Tungkir
Raja, Sondi Raja, Dabutar Raja,
Dabariba Raja, Debang Raja, Batu
Raja dan Tambun Raja. Untuk
menepati janji kepada Sirajaoloan,
Silahisabungan menetapkan Dapdap
di Silalahi Nabolak (sampai sekarang
juga disebut Silaon Nabolon) tempat
membakar membuat asap api untuk
berkomunikasi dengan adiknya
Sirajaoloan. Siogung-ogung di
Pangururan dapat dipandang mata
dari Dapdap di Silalahi Nabolak, tetapi
Balige dan asap api di Balige sudah
tidak tampak. Apa hubungan nama si
Lahi Sabungan dengan nama dolok
Lahi, huta Lahi, Silalahi Nabolak, Tao
Silalahi dan marga Silalahi marga
kesatuan anak Siraja Parmahan
tentu jangan orang atau kelompok
yang bukan merasa marbona
pasogit Silalahi Nabolak yang
membuat cerita khayal atau
dongeng. Sama halnya apa kaitan
nama Lumban Silalahi di Tolping, di
Pangururan, di Hinalang, di Porsea
dengan pomparan Raja
Silahisabungan disetempat ya jangan
yang diluar mereka lebih tau.
Karena kekhususan kisah perjalanan
kepergian Silahisabungan dan
Sirajaoloan dari Lumban Gorat, maka
sesama keturunan Silahisabungan
dan Sirajaoloan hingga sekarang ini
menyapa marhaha-maranggi
terutama Sinambela, Sihite dan
Manullang walaupun sudah saling
mengawini. Sikap saling hormat dan
bersapa layaknya abang-adik ini
adalah karena kenangan
sapardalanan-sapardangolan yang
dipesankan Silahisabungan kepada
anak-anaknya dan sebaliknya pesan
Sirajaoloan kepada anak-anaknya,
Siogungogung di Pangururan dan
Dapdap di Silalahi Nabolak (ada
ditempat lain ?) menjadi bukti abadi
hubungan Silahisabungan dan
Sirajaoloan pernah berjanji hingga
sekarang ini ada.
Walaupun Sibagotnipohan dan
Sipaetua adalah abang kandung
Silahisabungan dan Sirajaoloan, tetapi
tidak pernah keturunan
Silahisabungan dan Sirajaoloan
menyapa keturunan Sibagotnipohan
dan Sipaetua dengan sebutan abang.
Dalam keseharian ada sebagian
ketururan Silahisabungan menyapa
abang khususnya kepada
Tampubolon adalah dikarenakan
Tuan Sihubil ayah Tampubolon
mengangkat anak Silalahi Siraja
Parmahan cucu Sondi Raja yang
diculik suruhan Tuan Sihubil dari
tempat penggembalaan
(parmahanan) Simartaja- Silalahi
Nabolak.
Mengapa keturunan Silahisabungan
yang harus diinginkan oleh Tuan
Sihubil bukan keturunan Sipaetua
dari Laguboti atau keturunan
Sirajaoloan dari Bakara yang
jaraknya lebih dekat dibandingkan
dengan Silalahi Nabolak tidak lain
adalah karena kepada
Silahisabungan yang bersumpah
“ soara ni takkem naso jadi begeonku
jala tippul ni apim naso jadi idaonku”
Tuan Sihubil harus meminta maaf.
Tdak lama setelah Siraja Parmahan
dipatortor dan diangkat anak oleh
Tuan Sihubil lahirlah Tampubolon
(Tampuknabolon, untuk konfirmasi
tanyakan hal ini kepada marga
Tampubolon agar jangan seperti
cerita khayal).
Siraja Parmahan mempunyai 4
(empat) orang anak dinamai
Sihaloho, Sinagiro, Sinabang, dan
Sinabutar (nama-nama inipun tolong
tanyakan kepada Silalahi Siraja
Parmahan, memastikan bahwa
bukan cerita khayal dan tarombo
mengkait-kaitkan). Pemberian
nama-nama ini mengingatkan dia
kepada Saudaranya yang dia
tinggalkan di Silalahi Nabolak. Pada
generasi Siraja Parmahan nama
Sihaloho, Sinagiro (Sigiro), Sinabang
(Sidebang) dan Sinabutar (Sidabutar)
hanya ada di Silalahi Nabolak tidak
ada ditempat lain. Maka bila ada
pihak mengklaim Siraja Parmahan
sebagai anak Silahi Raja dari Tolping
atau dari Pangururan, maka
pemberian nama-nama ke-4 anak
Siraja Parmahan yaitu Sihaloho,
Sinagiro, Sinabang dan Sinabutar
sebagai sanggahan hidup hingga saat
ini. Sejak awal dan hingga saat ini
keturunan Siraja Parmahan
menyebut marganya Silalahi apakah
karena mengingat huta kelahiran
dan asal Opungya Siraja Parmahan
adalah dari Silalahi Nabolak ?
Siraja Parmahan dan keturunannya
di Balige begitu juga keturunan
Tambun Raja adalah pemilik golat
dan tanah luas (bukan sebatas
lumban), memang layak keturunan
Silahisabungan pada generasi ini
selalu menjadi pemilik golat dan
tanah luas. Pada acara adat
Tampubolon dan Silalahi Siraja
Parmahan saling marsiarisan jambar.
Karena kebaikan Tampubolon
kepada Siraja Parmahan selaku cucu
Sondi Raja maka hampir semua
keturunan abang dan adik Sondi Raja
bersapa abang kepada Tampubolon.
Panggilan abang oleh sebagian
keturunan Silahisabungan kepada
Tampubolon bukanlah karena
hubungan abang-adik
Sibagotnipohan dengan
Silahisabungan. Sebab bila hubungan
ini yang menjadi dasar maka bukan
hanya Tampubolon tetapi termasuk
kepada keturunan Tuan Somanimbil,
Tuan Dibangarna dan Sonak Malela.
Maka mengkaitkan-kaitkan tarombo
dengan fakta dan bukti bertolak
belakang jadi bahan tertawaan dan
runyam buat sendiri.
Rute perjalanan kepergian
Silahisabungan adalah Lumbangorat-
Balige, Bakara, Siogungogung-
Pangururan, Aek Rangat, Tulas,
Bonandolok, Hasinggan, Dolok
Sulusulu, Dolok Lahi (yang sebut
melalui Parbaba dan Paropo pasti dia
tidak tau peta dan tidak pernah ke
Silalahi Nabolak dan Paropo dan
membuat dongeng khayal) dan
akhirnya memilih Huta Lahi di Silalahi
Nabolak. Tujuan kepergian
Silahisabungan adalah mencari
tempat nun jauh sejauh Balige tidak
tampak. Bukan mencari wanita dan
kawin apalagi berketurunan disuatu
tempat dimana Balige masih tampak.
Karena kalau Silahisabungan pernah
kawin dan menetap disuatu tempat
sebelum ke Silalahi Nabolak, maka
tempat itu harus seluruhnya atau
setidaknya sebagian besar menjadi
golat dan tanah milik dan kerajaan
keturunan Silasabungan.
Kebesaran Raja Silahisabungan juga
diwarisi keturunannya termasuk cara
pemilikan golat/tano. Silalahi Siraja
Parmahan di Balige, Tambun Raja di
Balige, Baba Raja Sihaloho di Parbaba
dan Tugan Raja Sihaloho di
Simartugan-Sumbul dan di Tukka-
Barus, keturunan Sihaloho si Napuran
di Soping menjadi pemilik tanah dan
golat luas bukan karena pauseang
atau pemberian karena kedudukan
sebagai parboruan, tetapi karena
kehebatan/kemampuan diwarisi dari
Raja Silahisabungan. Golat dan tano
serta luas huta Silahisabungan atau
Silahi Raja Versi Tolping di Tolping dan
di Pangururan tidak mencerminkan
level dan kebesaran Raja
Silahisabungan.
Legenda perjalanan Silahisabungan
diatas didukung petunjuk, fakta dan
bukti yang dapat dikonfirmasi bukan
hanya dengan intern warga
Silahisabungan tetapi juga dengan
keturunan Sibagotnipohan, Sipaetua
dan terutama Sirajaoloan. Maka
kalau ada pihak mengklaim ada
yang bernama Silahisabungan kawin
disuatu tempat dan makamnya
bukan di Silalahi Nabolak, maka
pastilah itu bukan Silahisabungan
ayah Loho Raja, Tungkir Raja, Sondi
Raja, Dabutar Raja, Dabariba Raja,
Debang Raja, Batu Raja dan Tambun
Raja. Demikian juga halnya bila ada
yang mengklaim ada yang bernama
Silahisabungan istrinya 3 (tiga) orang,
anaknya 9 (sembilan) orang dan
belakangan muncul sebutan borunya
2 (dua) maka Silahisabungan
tersebut juga pastilah bukan
Silahisabungan ayah Loho Raja,
Tungkir Raja, Sondi Raja, Dabutar
Raja, Dabariba Raja, Debang Raja,
Batu Raja dan Tambun Raja.
Raja Silahisabungan Seorang Kesatria
Bukan Pengecut
Semua keturunan Raja
Silahisabungan begitu juga keturunan
Raja Mangarerak mengakui anak
bayi Tambun Raja yang lahir dari
anak perempuan Raja Mangarerak
yang bernama Simelengeleng boru
Mangarerak dibawa pergi oleh Raja
Silahisabungan dari Sibisa adalah
seorang bayi baru lahir dan masih
menyusui. Demikianlah Raja
Silahisabungan karena sayangnya
kepada anak dagingnya kandung
(porlu bilangan jolma do Raja
Silahisabungan) membawa serta si
bayi ke hutanya Silalahi Nabolak (ke
Tolping versi Tolping). Masih versi
Tolping (tidak masalah) si Tambun
Raja disusui dan dibesarkan oleh
Pintahaomasan, dan setelah remaja
dia ikut serta dengan ayahnya Raja
Silahisabungan ke Silalahi Nabolak.
Mari kita iyakan juga (versi Tolping)
si Tambun Raja dibawa Raja
Silahisabungan ke Silalahi Nabolak
setelah remaja. Itulah juga bukti
karena demikian sayangnya Raja
Silahisabungan dan harus punya hak
sebagai anak maka si Tambun Raja
dibawa ke Silalahi Nabolak dan
dipertemukan dengan istrinya
Pinggan Matio serta kepada ke-7
anaknya dan kepada anak
perempuannya Deang Namora.
Bila yang kita bicarakan adalah Raja
Silahisabungan yang sama, dan bila
benar sudah ada anaknya Silahi Raja
dan istrinya Pintahaomasan di
Tolping mengapa tidak pernah dia
bawa ke Silalahi Nabolak supaya
mendapat hak dan pengakuan
selaku anak sama seperti si Tambun
Raja dan mengapa Silahi Raja tidak
pernah mau ikut bapaknya ke
Silalahi Nabolak sama seperti si
Tambun Raja ? Atau sebaliknya
mengapa Raja Silahisabungan tidak
membawa anak-anaknya dan
istrinya yang di Silalahi Nabolak
berkunjung dan bertemu langsung
dengan Pintahaomasan dan Silahi
Raja (bila ada) di Tolping. Dari dua hal
dijelaskan diatas, apakah seorang
Raja Silahisabungan yang sama
berkenaan dengan si Tambun Raja
adalah seorang Kesatria, tapi
sebaliknya apakah ada yang
mengiyakan sekaligus Raja
Silahisabungan yang sama menjadi
seorang Pengecut berkaitan dengan
Silahi Raja dan Pintahaomasan (bila
benar sudah ada) di Tolping selain
Pinggan Matio dan ke7 anaknya di
Silalahi Nabolak ? Kalau tulisan
Abdullah Silalahi,SH dan kawan-2
perorangan lainnya (Versi Tolping)
mereka terima dan pertahankan
sebagai salah satu argumentasi,
maaf maka mereka sendirilah yang
memposisikan Pintahaomasan dan
Silahi Raja sebagai istri dan anak aib .
Dalam tulisan khayal Abdullah
Silalahi,SH dijelaskan lagi bahwa Raja
Silahisabungan memberitahukan
Silahi Raja di Tolping kepada istri dan
anaknya di Silalahi Nabolak. Kembali
kita iyakan saja tulisan Abdullah
Silalahi,SH ini dan katakanlah Loho
Raja dan keturunanya
berkepentingan menolak ada anak
sulung lain selain Loho Raja. Tapi
apakah mulai dari Tungkir Raja
sampai Batu Raja dan keturunannya
melakukan pembohongan
meniadakan Silahi Raja bila benar
anak sulung Raja Silahisabungan.
Kemampuan dan pengaruh apa
yang dimiliki Loho Raja dan
keturunannya membungkam ke-6
adiknya dan keturunannya ? Serta
untuk mamfaat apa ke-6 adik Loho
Raja dan keturunannya menyangkal
(bila benar) Silahi Raja sebagai anak
Raja Silahisabungan. Bukan menjadi
aib baik bagi Raja Silahisabungan dan
bagi ke-7 anaknya dan borunya
Deang Namora bila benar Silahi Raja
adalah anak Raja Silahisabungan,
hagabeon do sitorop partubu.
Buktinya si Tambun Raja walau lahir
dari istri upa hadatuon malah
melegenda dan menjadi kebanggaan
hingga sekarang, apalagi bila benar
Silahi Raja anak sulung (siboan goar).
Siapa menerima pendapat dan
bahasan yang berlangsung selama
ini berarti ikut memperolok-olok Raja
Silahisabungan pabuni anak Silahi
Raja dan istri Pintahaomasan.
Masih dalam tulisan khayal Abdullah
Silalahi, SH dan kawan-2 dijelaskan
selama si Tambun Raja di Silalahi
Nabolak disebutkan disiksa oleh ke-7
hahadolinya hingga tangan si
Tambun Raja cidera bahkan hampir
dibunuh dan yang mengobati adalah
Pintahaomasan. Bila klaim ini adalah
cara Silalahi Raja mendiskreditkan
marga turpuk Loho Raja sampai Batu
Raja anak Pinggan Matio sebaliknya
menonjolkan “kebaikan”
Pintahaomasan dengan maksud dan
tujuan memecah belah hubungan
pomparan si Tambun Raja dengan si
7 (pitu) turpuk disisi lain hendak
merangkul pomparan si Tambun Raja
seperti kejadian tahun 1964 di Balige
dan berlanjut hingga sekarang ini,
berpulang kepada pomparan si
Tambun Raja dan pomparan Silalahi
Raja yang menulis dan yang
mendukung penulisan demikian. Hi
pomparan Tambun Raja kenalilah
karakter dasar dan perlakuan
keturunan si-7 turpuk adakah
mencerminkan seperti klaim Silahi
Raja dan person keturunan Tambun
Raja tsb?
Dijelaskan lagi oleh Abdullah Silalahi,
SH dikarenakan siksaan dan cidera
yang dialami si Tambun Raja dan
kepergiannya ke Sibisa, maka Raja
Silahisabungan memutuskan
meninggalkan Silalahi Nabolak
kemudian tidak mau kembali dan
memilih mati dan dikubur ditanah
asing di Pangururan, perilaku Raja
Silahisabungan yang mana ini ?
Pangalaho sipinsangon jala
sibursikonon molo mencari
pembenaran diri atau kelompok
dengan merendahkan harkat orang
lain apalagi menghinakan Raja
Silahisabungan.
Benar kasih sayang Raja
Silahisabungan kepada si Tambun
Raja demikian besar, tetapi Raja
Silahisabungan adalah ayah bagi
semua anaknya dan mengambil
keputusan menyingkirkan diri,
perilaku seorang Ayah dan Rajakah?
Bila ada pihak membenarkan cerita/
tona Raja Silahisabungan anak ke-3
Tuan Sorbadibanua mati terbuang
dan dikubur di Pangururan, maka
sungguh tidak beradat Silalahi Raja
terutama Pintahaomasan diceritakan
demikian sayang dan menumpahkan
segala kasih sayang kepada si
Tambun Raja tetapi tidak perduli
bahkan mentelantarkan suaminya
Raja Silahisabungan mati ditempat
asing.
Naibaho anak sulung si Raja Oloan
semestinya mengetahui dan tidak
akan membiarkan amangtuanya
mati terlantar ditanah asing atau
setidaknya dia antarkan atau
beritahukan kehuta Silalahi Nabolak
atau ke Tolping barangkali tidak
apalah. Bila yang bernama
Silahisabungan yang mati dan
dikubur di Pangururan itu adalah Raja
Silahisabungan seharusnya
keturunan Sihaloho Raja sampai
Tambun Raja termasuk Silalahi Raja
rap renta memindahkan tulang-
belulang Raja Silahisabungan ke Huta
Silalahi Nabolak atau Huta Tambunan
di Balige supaya layak dan sepadan
dengan kebesaran nama Raja
Silahisabungan atau tidak apalah ke
Lumban Silalahi di Tolping asalkan
jangan berbaur tulang-belulangnya
dengan banyak orang lain di Dolok
Paromasan Pangururan.
Si Raja Parmahan di Balige
mempunyai 4 (empat) orang anak
dinamai Sihaloho, Sinagiro, Sinabang
dan Sinabutar. Nama keempat anak
ini adalah nama mangulahi nama
keturunan Raja Silahisabungan yang
dia tinggalkan di Silalahi Nabolak
yaitu Sihaloho, Sigiro, Sidebang dan
Sidabutar (nama-nama atau marga-
marga ini tidak ada di Tolping atau di
Pangururan pada generasi si Raja
Parmahan diculik oleh suruhan Tuan
Sihubil). Kemudian marga kesatuan
keturunan ke-4 anak si Raja
Parmahan ini Silalahi.
Versi Tolping mengklaim bahwa si
Raja Parmahan di Balige adalah si
Raja Bunga-Bunga anak bungsu Silahi
Raja yang diculik suruhan Tuan
Sihubil. Kalaulah si Raja Parmahan
diculik dari Tolping dan anak Silalahi
Raja, mengapa si Raja Parmahan
menamai anaknya dengan nama-
nama atau marga-marga yang ada
di Silalahi Nabolak terutama nama
Sihaloho. Untuk klaim Silalahi Raja ini
lebih tepat keturunan si Raja
Parmahan menyikapi untuk supaya
tidak makin tambah ruwet.
Apakah klaim si Raja Parmahan
adalah anak Silalahi Raja ataupun
klaim kebaikan Pintahaomasan
kepada si Tambun Raja untuk
maksud menciptakan poros/blok
Silalahi Raja-si Raja Parmahan-si
Tambun Raja yang dapat semakin
memperbesar jurang perpecahan,
dipersilahkan semua pihak terutama
pomparan Silalahi Siraja Parmahan
dan si Tambun Raja
merenungkannya.
Simartaja tempat penggembalaan
(parmahanan) di Silalahi Nabolak
hingga saat ini bukti yang tetap ada
dan dari tempat inilah 3 (tiga) orang
pomparan Raja Silahisabungan diculik
suruhan Tuan Sihubil yaitu cucu Loho
Raja bernama Hatoguan, cucu Sondi
Raja bernama si Raja Parmahan dan
cucu Batu Raja yaitu Silonsing anak
dari Sigiro. Di Pangururan sewaktu
melewati Tano Ponggol – Pangururan
karena dangkal (masih pea-pea) 2
orang yaitu Hatoguan dan Silonsing
melompat dan melarikan diri dan
hanya 1 orang yaitu si Raja
Parmahan yang dapat dibawa ke
Balige kemudian dipestakan dan
diangkat anak oleh Tuan Sihubil.
Simartaja di Silalahi Nabolak adalah
golat bersama Sihaloho, Ruma Sondi
dan Pintu Batu karena terkait sejarah
dan fakta bahwa dari Simartaja lah 3
(tiga) pomparan Raja Silahisabungan
diculik suruhan Tuan Sihubil.
Hatoguan dan Silonsing yang lepas di
Tano Ponggol-Pangururan dan
melarikan diri, tentu setiap orang
ketemu dia akan menanyakan ise ho
dan pomparan ni ise ho (kalau nama
yang disebut pasti tidak dikenal
penanya). Maka sudah pasti
jawabannya pomparan
Silahisabungan. Inikah awal mereka
digoari/bergelar Silahisabungan,
biarlah Silahi Raja yang mencari tau
dan menjawab. Kemudian sibergelar
Silahisabungan kawin dan punya
anak dan dia namai si Lahi Raja,
apakah juga karena sibergelar
Silahisabungan memberi nama
anaknya si Lahi karena mengingat
dia lahir di Huta Lahi di Silalahi
Nabolak ? Silahkan keturunan Silahi
Raja yang mencari tau dan mencari
jawab. Baca diawal tulisan ada yang
bernama sama yaitu si Naborno, si
Napuran, Sinagiro, Sinabang,
Sinabutar, Sihaloho tetapi bukan
orang yang sama.
Walau ada perbedaan intern kita
keturunan Raja Silahisabungan
khususnya tarombo, tetapi dapat
dipastikan semua kita mengakui Raja
Silahisabungan adalah Raja yang
dihormati bukan hanya oleh
keturunannya tetapi juga oleh antara
lain Raja Pakpak, Datu Pejel Sibisa, Si
Raja Oloan bahkan setelah meninggal
sekalipun makamnya masih
disinggahi oleh Sisingamangaraja XII
setiap kali ke Dairi mampir ke Silalahi
Nabolak. Masih dalam sahibul hikayat
Abdullah Silalahi,SH dan orang yang
seide disebutkan Raja Silahisabungan
karena saking sedihnya atas
kepergian anaknya si Tambun Raja
ke Sibisa (bukan meninggal) dan
marahnya kepada 7 (tujuh) anaknya
dari istrinya Pinggan Matio (versi
Silalahi Raja) dan juga kekecewaan
kepada Silalahi Raja karena
memberitahu rahasia siapa ibu si
Tambun Raja memutuskan
mengasingkan diri dan memilih tano
hamatean dihuta bukan yang
dipungkanya dan bukan pula huta
milik keturunannya.
Karena si Raja Oloan adalah adik Raja
Silahisabungan maka secara umur si
Raja Oloan masih hidup pada saat
Raja Silahisabungan meninggal,
mengapa baik Si Raja Oloan maupun
Naibaho membiarkan Raja
Silahisabungan seperti orang
terbuang/tercampak ? Kembali
jangan karena untuk mensesuaikan
kehendak harus membuat pihak lain
tidak beradat.
Paromasan umumnya di Samosir
dimiliki oleh masing-masing marga
dan arti Paromasan adalah tempat
tulang-belulang masyarakat umum
yang digali dari kuburan sekitar
perkampungan. Bila benar tulang-
belulang Raja Silahisabungan ayah
Loho Raja sampai Tambun Raja
berbaur dengan tulang-belulang
lainnya hingga sekarang, malulah
dan bertindaklah, jangan bicara
hebat pomparan Raja
Silahisabungan !!!.
Panjouan Pesta Adat Perkawinan
Silalahi Raja. Pada suatu pesta adat
perkawinan yang diselenggarakan
Silalahi Raja di Jakarta, panjouon
disebutkan hita Pomparan Raja
Silahisabungan Silalahi Raja, anggi doli
Tambun Raja dan hahadoli
Tampubolon. Untuk patorop
parhundul atau kawan bukan hal
yang tidak baik, tetapi seperti
diketahui namarpadan dengan
Tampubolon adalah si Raja Parmahan
cucu Sondi Raja dan memang pada
umumnya marga Tampubolon (bawa
atau boru) langsung respect asal
marga keturunan Raja
Silahisabungan tanpa kecuali. Karena
demikian sayangnya pomparan
Tampubolon kepada si Raja
Parmahan dan respect kepada
marga-marga si 7 (pitu) turpuk,
maka sebaliknya marga-marga
keturunan si-7 turpuk respect juga
kepada Tampubolon. Respect
dimaksud adalah dalam pergaulan
sehari-hari tidak termasuk
pelaksanaan adat, karena tidaklah
otomatis padan si Raja Parmahan
sebagai pahompu menjadi padan
bagi marga opungnya si-7 turpuk
apalagi Tambun Raja tidak
menganggap.
Sebagian pomparan Tambun Raja
mengatakan tidak mengetahui ada
marga Sihaloho sampai Batu Raja
tetapi hanya mengetahui marga
Silalahi. Terus terang sedih perasaan
mendengarkan pandohan seperti ini
dan mohon direnungkan dan dibaca
kalimat dalam Poda Sagu-Sagu
Marlangan “hamu na pitu” atau
apakah ini diingkari seluruh
keturunan Tambun Raja silahkan !?
Bahwa sebagian pomparan Tambun
Raja sejalan dengan Silalahi Raja
berseberangan dengan si-7 turpuk
ada sebab yaitu kejadian tahun 1964
di Balige. Bahkan karena adanya
klaim Tambun Raja pula sehingga
sebagian pomparan Tambun Raja
tidak setuju pembangunan makam/
tugu Silahisabungan di Silalahi
Nabolak dan peresmian di tahun
1981.
Sekitar pemakaian marga Silalahi
oleh banyak keturunan si-7 turpuk
bukan terinspirasi oleh karena
kemajuan keturunan Silahi Raja tetap
terinspirasi oleh karena kemajuan
pendidikan dan sosial-ekonomi
keturunan Silalahi Siraja Parmahan
(Balige) misal Oloan Silalahi (Pilot,
pada tahun 60-an kapal ampibinya
sampai ke Tao Silalahi), Tuan
Ambolas Silalahi dan lainnya. Juga
kebiasan penyebutan oleh keturunan
Tambun Raja angka naung maju
kepada siapapun keturunan si-7
turpuk hamu hahadoli Silalahi (pada
zaman itu nangpe anggidoli alai ala
nabongak gabe tarihut do pandokna)
juga karena keterbiasaan interaksi
sosial dan adat di Balige adalah
hanya antara Tambunan dengan
Silalahi marsiarisan, marsolin-solin.
Tidak diketahui secara akurat apakah
keturunan Siraja Parmahan yang
lebih dulu memakai marga Silalahi
atau keturunan Silahi Raja Tolping ?
Siapapun diantara Silahi Raja atau
Siraja Parmahan yang pertama
menggunakan marga Silalahi, huta
Silalahi Nabolak bukan dihuni dan
bukan pula asal langsung keturunan
Silahi Raja Tolping. Luas golat dan
Silalahi Nabolak pasti tidak sebanding
dengan Lumban Silalahi di Tolping
dan juga di Pangururan. Tapi
keturunan Siraja Parmahan memakai
marga kesatuan Silalahi bukan
terinspirasi keturunan Silahi Raja
Tolping, sebab secara sosial ekonomi
adalah keturunan Siraja Parmahan
Balige lebih dulu maju daripada
keturunan Silahi Raja Tolping. Secara
konkrit apa alasan pemakaian marga
Silalahi tanyakan langsung misal
kepada antara lain mantan Dubes
Odjahan Silalahi, SH, Drs. Adian
Silalahi, Mayjen (Purn) Haposan
Silalahi, Maruahal Silalahi,SH, Djohani
Silalahi,SH dan banyak lagi dalam
dokumen resminya memang marga
Silalahi tetapi bukan terinspirasi
untuk ikutan dan oleh karena Silahi
Raja (Silalahi Raja). Juga misal
S.Silalahi, MA alm berganti marga dari
Sihaloho menjadi Silalahi adalah oleh
Gurunya marga Silalahi Siraja
Parmahan sewaktu sekolah di Balige
yang langsung membuat izajahnya
marga Silalahi.
PODA SAGU-SAGU MARLANGAN
I. Ingkon masihaholongan hamu
sama hamu sahat rodi gomparan
muna be.
II. Naso tupa dohonan muna naso
saama saina hamu na pitu dohot si
Tambun Raja jala ingkon sisada lulu
anak sisada lulu boru do hamu.
III. Jala hamu na pitu dohot angka
pinomparmu ingkon humolong
rohamu di boru ni anggimuna si
Tambun Raja on rodi gomparanna,
jala ho pe Tambun Raja dohot sandok
gomparanmu ingkon tong songoni
maradophon boruni angka hahami
sahat tu pinomparmu.
IV. Na so jadi olion ni pinomparmu na
pitu pomparan ni anggimu si Tambun
Raja on, jala naso jadi olion ni
pomparanmu si Tambun Raja
pomparan ni haham na pitu on.
V. Na so tupa pukkaonmuna bada
manang salisi. Ia adong parbadaon
dihamu na pitu sahat ro di
pinomparmu, sandok ingkon
anggimuna manang pomparanna
sibahen dame di hamu, mambahen
uhum na tingkos jala so boi
mardingkan, jala ingkon oloanmu,
jala tung so jadi juaon. Laos songoni
dohot ho Tambun Raja, ia adong
parbadaan di pomparanmu sandok
ingkon sian pomparan ni haham na
pitu on ma sibahen dame, jala sidabu
uhum na tingkos na so tupa
mardingkan, jala na so jadi juaon.
VI. Jala molo adong parbadaan
dihamu na naso tupa dohot halak na
asing lao pasaehon.
Pamanat hata “na pitu” ise
mansoadahon ? ? ?

No comments:

Post a Comment

Jika mau memberi tanggapan/komentar, di mohon dengan tulisan dan bahasa yang sopan dengan identitas yang jelas, jika identitas tidak jelas tidak akan ditanggapi.